SUATU saat, ketika saya menghadiri sebuah acara pelatihan menulis beberapa bulan lalu, saya mendapat pelajaran berharga selain dari pelajaran menulis itu sendiri.
Peserta sudah hampir semuanya hadir, namun acara belum dimulai sesuai jadwal. 15 menit kemudian acara baru dimulai, lalu panitia berbicara kepada para peserta memohon maaf atas keterlambatan ini karena menunggu keynote speaker masih dalam perjalanan menuju lokasi acara.
BACA JUGA: Tidak Semua Orang Bekerja untuk Uang
Tidak lama kemudian yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, beliau adalah seorang profesor. Menurut saya beliau cukup terkenal, paling tidak di Jawa Barat dan di kalangan akademisi.
Beliau langsung menempati posisi yang sudah disiapkan panitia. Lalu beliau berujar kurang lebih begini: “Maaf saya datang terlambat, bantu istri mencuci baju dulu di rumah.”
Saya sedikit kaget, sebetulnya saya juga biasa bantu nyuci, nyapu, beres-beres, tapi beliau itu Profesor lho, sangat sibuk, banyak jabatannya, terkenal, dugaan saya banyak uangnya juga hehehe, tapi kok masih sempat-sempatnya bantu istri nyuci segala, apa ngga cukup sama istri saja atau pake asisten rumah tangga?
Jadi berumah tangga itu menurut saya bukan ego posisi lu di situ gua di sini, dan ini dalilnya, maka yang terjadi adalah intruksi dan monolog. Bagi saya sebagai suami berumahtangga itu diskusi dan dialog. Ngga seru kalau cuma perintah dan ngomong sendiri… hehehe …
Betul suami adalah kepala rumah tangga, tapi tidak harus otoriter dan semua gimana saya, karena saya punya akal sedikit ini belum tentu benar semua yang keluar dari otak ini, apalagi punya istri otak sedikit encer kenapa tidak diajak bicara…
BACA JUGA: Kemerdekaan Suami Istri
Saya akan otoriter dan mengeluarkan otoritas saya sebagai suami pada hal-hal yang prinsip, seperti masalah akidah, ibadah, akhlak dan lainnya yang menurut saya mendasar. Tapi kalau cuma masalah uang, pekerjaan di rumah atau di luar rumah menurut saya itu ngobrol saja… []