MUSLIMAH yang mengidamkan suami shalih dan Allah kabulkan sesuai harapannya, maka syukur pun patut dilantunkan atas karunia indahNya.
Betapa Allah sayang, cinta, dan pemurah menghadirkan imam yang baik dalam merayakan cinta.
Muslimah yang mengidamkan suami shalih dan Allah tidak kabulkan seperti harapannya, maka sabar menjadi bagian untuk meraih kebaikan demi kebaikan.
Bukan Allah tidak sayang, melainkan Allah hadirkan ladang pahala yang utama untuknya.
Bukan sempurnanya pasangan yang bernilai di sisi Allah, tapi sikap kita pada ketentuan Allah. Pasangan yang shalih dan kurang shalih, dua-duanya memiliki potensi untuk mendulang pahala, ladang amal, dan kebaikan dalam kehidupan.
Pasangan shalih dengan syukurnya, pasangan kurang shalih dengan sabarnya. Lebih besar mana pahalanya? Tergantung sejauh mana, sebijak apa, dan bagaimana kita menyikapi karuniaNya.
Setiap muslimah tentu mengidamkan suami shalih, tapi adakalanya Allah hadirkan pasangan yang kurang shalih.
Boleh jadi, ini jawaban atas harapan yang kita panjatkan. Allah menghendaki kebaikan yang banyak, pahala yang melimpah, dan hati yang tulus menerima.
Allah menghendaki bersikap lembut, mengingatkan dengan baik, dan mengajak dengan santun untuk menghamba pada Allah. Memang tidak terbenani kewajiban untuk mendidik suami, tapi ada keutamaan dakwah Watawa Saubil Haqi Watawa Shaubi Shab.
Bila misalnya suami belum shalat, ada ladang amal istri untuk mengaingatkan. Bila khawatir tersingung, minimal mengatakan, “Sudah adzan, Kang.”
Bila belum mau ke masjid, biarlah diajak shalat rumah dulu. Pelan-pelan. Sediakan sarung, sajadah, dan kopiah. “Kang, aku teh sudah rindu shalat berjamaah, rindu diimami akang.”
Rindu diimami dalam takbir, ruku, sujud, dan berdoa sangat manusiawi. Kerinduan yang bijak, berkah, dan mengundang pahala kebaikan.
Bila suami belum paham tentang wajibnya shalat, bolehlah istri beli buku yang berkaitan dengan itu. Bila suami belum bisa shalat, beli buku panduan shalat. Diam-diam simpan di meja. Simpan di tempat yang mudah terlihat, terjangkau, dan terbuka.
Bila sudah punya anak, boleh juga mebisikan anak agar mengajak ayahnya shalat, “Nak, ajak ayah ke masjid ya..!”
Bila segala upaya sudah dilakukan tapi belum juga ada perubahan, boleh pula melibatkan orang ketiga. Mohon bantuan kakaknya suami, paman, atau orang yang berpengaruh dan disegani suami. Mohon bantuan ustadz sekitar misalnya.
Yang lebih penting lagi, adalah berdoa mohon pertolongan, petunjuk, dan hidayah pada Allah. Semoga Allah lebutkan hati dan menuntun suami menjadi imam yang baik.
Semoga Allah jadikan suami istri yang shalih shalihah, anak-anak yang berbakti, dan keluarga yang taat pada Ilahi. Semoga Allah sisipkan cinta, ketenangan, dan berkah dalam kehidupan rumah tangga. []