Oleh: Dedi Yulianta, Batam, dedi.yulianta36@gmail.com,
BERUMAH tangga itu memanglah tidak semudah membalikan telapak tangan. Namun bukan berarti begitu sulit untuk dijalani dengan berbagai permasalahan yang kompleks di dalamnya. Adalah sebuah kebahagiaan dunia dan akhirat yang menjadi landasan besar sebuah tujuan utama dalam pernikahan. Apabila semua itu terpenuhi, sudah pasti akan menjamin kelanggengan dalam berumah tangga.
Jika kita mau terus belajar dari cara berkeluarga Rasulullah, akan terdapat banyak sekali cara-cara yang bisa kita terapkan untuk meraih sebuah kebahagiaan hakiki. Kemuliaan akhlak Rasulullah yang begitu agung atas keridho’an sang Pencipta, membuat kita sebagai umatnya seakan cemburu dengan berbagai kisah-kisah Rasulullah disaat bersama istri-istrinya.
BACA JUGA: Pekerjaan-pekerjaan ini ‘Sepele’ tapi Tetap Mulia
Ya, kita akan cemburu dengan kisah-kisah Romantis Rasulullah. Bagaimana mungkin tidak, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersikap tawadhu (rendah hati) di hadapan istri-istrinya, sampai-sampai nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam membantu istri-istrinya dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga. Padahal sehari-harinya nabi memiliki kesibukan dan mobilitas yang sangat tinggi. Yaitu, menunaikan kewajiban menyampaikan risalah Allah Azza wa Jalla dan kesibukan memikirkan kaum Muslimin. Tidak hanya kaum Muslimin saja bahkan seluruh umat manusia.
Terkait dengan masalah kesibukan sehari-hari, kita sebagai umatnya juga memiliki kesibukan yang cukup banyak, terlebih kaum Adam. Dalam bekerja, penampilan pun juga selalu menjadi poin pertama yang harus selalu diperhatikan. Bisa kita bayangkan, pagi-pagi kita harus mandi, berpakaian rapi, dan tidak ketinggalan juga memakai minyak wangi. Semua ini dilakukan demi suatu pekerjaan yang kita miliki. Tentunya semua itu tidaklah memberatkan bagi kaum Adam dalam berpenampilan.
Kelancaran aktivitas sehari-hari ini tentunya ada peran seseorang yang sangat membantu di samping kita, dia yang menyiapkan anduk kita ketika mandi, dia yang memasakkan dan menghidangkan masakan di setiap hari-hari kita, dia yang menyiapkan pakaian kita, dia yang setiap saat merawat anak-anak kita dan dia yang selalu setia mendampingi kita disaat suka dan duka. Dan dia adalah…, istri kita! Istri yang sering kita lupa untuk mengucapkan satu kata “terimakasih” atas jasa-jasa yang tercurah olehnya, yang sering kita khilaf dengan enggan menjadi pendengar yang baik untuk setiap keluh resahnya.
Boleh jadi, ketika kita bekerja berkat peran-peran yang dilakukan oleh istri kita sangat membantu kesuksessan kita. Yaa, saya tegaskan bahwa istri adalah karunia Allah yang begitu sepesial bagi kehidupan kita, rasa syukur dan menjaganyalah adalah sebagai penjaga karunia yang indah ini.
Penampilan yang sungguh begitu rapi dan wangi di setiap paginya ketika akan berangkat bekerja. Dan penampilan itu, kita persembahkan untuk profesi kita. Ya, untuk profesi kita saja. Lalu apakah kemudian setelah kita selesai bekerja, apakah akan tetap rapi dan wangi disaat kita kembali atau pulang ke rumah untuk berjumpa dengan anak dan istri kita? Ini yang harus kita pertanyakan dan semoga menjadi bahan evaluasi untuk khususnya kaum Adam, baik yang sudah menikah dan yang akan menikah. Supaya hal-hal yang terlihat kecil dan sepele ini dapat kita perhatikan.
Sering kali kita menuntut kepada istri bahwa, harus selalau berpenampilan yang menyenangkan, yang indah dipandang, dan wangi ketika di hadapan suami. Dan semua itu dilakukan oleh sang istri, dipenuhi oleh seorang istri meskipun sebenarnya kesibukan di rumah juga tak kalah banyaknya dibanding dengan kesibukan sang suami.
Sebenarnya bisa dilakukan, ketika akan pulang kerja kita dapat mandi terlebih dahulu, memakai parfum ditempat kerja, dan tidak lupa juga membawa pakaian ganti dari rumah. gak perlu harus disiapkan oleh istri, bahkan jangan sampai istri yang sibuk menyiapkan semua, toh ini inisiatif kita untuk memberikan persembahan yang sederhana namun begitu berharga kepada istri dan anak kita.
Coba kaum Adam bayangkan, ketika kita berangkat kerja dalam keadaan rapi dan pulang kerja juga keadaan rapi dan wangi, di depan pintu rumah disambut oleh istri dan anak kita yang juga sudah rapi dan wangi, ketika ingin berpelukan, cium kanan cium kiri, pasti langsung bisa dan terasa nikmat kan. Pasti terasa indah dan membahagiakan sahabat Ikhwan. Namun ketika kita pulang kerja dalam keadaan kotor, bau dan berantakan pastinya, bagaimana mungkin semua itu dapat terjadi dengan indah? Buktikan saja!
Sangat disayangkan, sebagian suami sangat pelit terhadap istrinya, bukan hanya pelit terhadap hartanya, pelit terhadap waktunya, namun juga pelit dalam berpenampilan rapi di hadapan istri dan anaknya. []