SUAMIKU… Maafkan jika aku tak selembut dulu. Suaraku menggelegar seperti auman singa. Kau tau? Betapa hari-hariku dipenuhi dengan kegiatan yang menguras tenaga dan emosi jiwa.
Di saat anak-anakmu menangis berebut mainan, di saat anak-anakmu pada lari kocar-kacir saat disuruh makan, terpaksa aku harus nguber-nguber mereka.
Di saat anakmu merengek minta sesuatu waktu aku sedang membereskan rumahmu, saat anak-anakmu malah loncat-loncatan waktu disuruh tidur, seketika aku menjadi garang kayak Tarzan yang di hutan jika suara lembutku tak mereka hiraukan.
Suamiku…
Maafkan jika sekarang tanganku kasar kayak parutan kelapa. Kau tau? Dengan tanganku inilah aku mengurus buah hatimu serta rumahmu.
Memandikan, menyuapi dan menceboki jadi makananku setiap hari. Memasak, mencuci, nyapu, ngepel, ngulek sambel, bersihin kamar mandi, semuanya kulakukan sendiri.
Pokoknya tiada hari tanpa memegang sapu dan kemoceng. Mengalahkan tanganmu yang jarang-jarang aku pegang.
BACA JUGA: Hey Suami, Jangan Bandingkan Istrimu dengan Sosok Perempuan Muda
Suamiku…
Maafkan jika sekarang tubuhku bau ketek, sedepan dikit bau terasi. Kau tau, sebenernya Rexonaku habis dan kau belum membelikannya.
Tetapi suamiku, aroma inilah yang menjadi saksi betapa aku bekerja keras banting tulang, banting ember tiap hari.
Kau ingin tubuhku wangi saat di dekatmu. Tapi kau tak adil, harumnya tubuhmu tak kau persembahkan untukku. Tetapi untuk orang-orang di luar sana yang berjumpa denganmu.
Saat kau pulang, yang tersisa hanya cucuran keringat dan bau ketek sepertiku. Jadilah kita sama-sama bau ketek. Bau yang Insya Allah akan menjadi aroma kasturi saat di surga nanti.
Suamiku…
Maafkan jika sekarang aku suka ngomel seperti kacang goreng. Kau tau? Uang belanja yang kau beri tak cukup untuk makan kita sebulan. Aku harus putar otak supaya bisa cukup walopun tak cukup.
Dulu beli beras seliter cukup untuk kita makan berdua 2 sampai 3 hari. Sekarang anak kita sudah banyak, paling tidak belinya harus sekarung untuk sebulan.
Aku juga harus menyiapkan makanan yang lezat dan bergizi, supaya anak-anakmu tidak makan cuma lauk telor sama kecap tiap hari.
Dan kamu, ga cuma aku masakin sambel terasi dan lalapan kemangi. Paling tidak harus ada ayam atau ikan. Itu semua tak cukup dengan 5 lembar uang kertas warna ungu.
Suamiku…
Maafkan jika terkadang kusambut kau dengan bibir monyongku di depan pintu. Hayati lelah bang. Tiap hari hanya nonton Upin Ipin dan mendengarkan jeritan tangis anakmu.
Aku menunggumu. Berharap kau pulang bawa sesuatu untukku. Makanan favoritku atau barang warna ungu kesukaanku.
Tapi isi tas kresek yang kau bawa itu cuma sepatu baumu. Bekas olah raga menuruti hobimu. Gimana bisa diriku senyum sumringah seperti Surti yang dijenguk Tejo bang?
Suamiku…
Maafkan jika sekarang wajahku buram mirip lampu lima watt yang sudah kedap kedip (emang dulu cerah?). Aku tak sempat bersolek seperti dahulu.
Bisa makan sepiring sampai habis dengan tenang aja udah bersyukur. Bisa mandi tanpa ada yang nangis dan gedor-gedor pintu kamar mandi aja udah Alhamdulillah.
Baru ngambil nasi mau makan aja anakmu ngek. Baru lepas baju mau mandi aja anakmu ngok. Mana sempat aku bikin alis clurit atau alis Shinchan kayak orang-orang?
Pensil alisnya aja dibikin bujel sama anakmu. Lipstik yang sudah mendelep harus didulek pakek jari kelingking saat mau diolesin ke bibir manisku.
Suamiku…
Maafkan jika aku tak seseksi dulu lagi. Tubuhku yang dulu meliuk-liuk bak gitar Spanyol, sekarang membengkak bagai kulkas dua pintu yang ga ada lekukannya.
Kau tau? Sekarang aku butuh asupan makanan yang banyak. Supaya aku selalu sehat dan kuat melakukan segala tetek bengek pekerjaan (sebenernya tetek siapa yang bengek bang?).
Terutama supaya aku bisa seterong menghadapi kenyataan.
Suamiku…
Jika kau cukup bangga bisa menutup mukamu dengan sepuluh jarimu yang kadang jebol satu dari godaan wanita-wanita lain di luar sana. Maka aku lebih bangga lagi.
Aku tutup mukaku pakek sarung dari godaan-godaan setan yg terkutuk. Eh… dari godaan-godaan laki-laki lain di luar sana. Karena cuma tukang sayur dan tukang somay yang menggodaku. Gantengan dikit tukang es kelapa.
Tetapi bukan begitu suamiku…
Kujaga pandanganku ini, karna hanya wajahmu satu-satunya yang ingin aku lihat dan pandangi setiap hari. Dan aku tak mau terjerumus dosa hanya karena pandangan yang tak halal bagiku.
BACA JUGA: Menjadi Istri ‘Dermawan’
Suamiku…
Jagalah pandanganmu juga hatimu. Sama-sama kita jaga hubungan ini sampai tua nanti.
Sampai wajah kita sama-sama keriput, sampai rambut kita berubah menjadi putih semua, sampai kita berjalan membungkuk sambil bergandengan tangan. Sampai kita tidak bernyawa lagi.
Semoga kita bisa sehidup sesurga, meninggalkan dunia yang fana ini bersama-sama di rumah Allah. Aamiin.
Tertanda,
Istrimu yang manis nan menggemaskan, yang kadang serem seperti Mak Lampir. []
Artikel ini viral di medsos dan blog. Kami kesulitan menemukan sumber pertama. Kami mengutipnya dari page facebook Udah Tau Belum