SEPASANG suami istri sedang makan malam bersama di rumah. Mereka adalah pengantin yang baru menikah 2 bulan. Di tengah makan malam mereka, sang istri membuka pembicaraan.
Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku melakukan usul?”
Suami : “Boleh istriku sayang, silahkan!”
Istri : “AKu ingin kita menulis kekurangan pasangan kita masing-masing di kertas kosong. Agar kita bisa saling intropeksi diri. Tapi janji, tidak ada yang boleh tersinggung. Bagaimana sayang.”
Suami : “Baik istriku, insya Allah,” sambil tersenyum manis.
Sang istri kemudian pergi mengambil 2 lembar kertas kosong dan pulpen.
Lima belas menit kemudian…
Istri : “Sayang, aku sudah selesai menulisnya. Apakah engkau juga sudah selesai?”
Suami : “Yaa, aku juga sudah selesai!”
Istri : “Baiklah, sekarang tukar kertas kita masing-masing. Jangan ada yang dibuka dulu. Nanti dibaca secara terpisah setelah aku membereskan makan malam ini!”
Suami : “Ya, sayang!” sambil mengecup istri.
Si istri mulai membereskan makan malam dan suami lantas pergi ke kamar tidur. Beberapa saat kemudian istri mengirim SMS kepada sang suami. “Suamiku, sekarang aku sudah selesai. Silahkan buka kertasnya dan baca tulisannya di kamar, aku akan membacanya di dapur.”
Sang suami langsung membuka kertas dan membacanya. Setiap membaca tulisan mengenai kekurangannya, air matanya tidak bisa dibendung, mengalir di setiap sudut matanya. Karena ternyata begitu banyak kekurangan pada dirinya. Sementara itu, di dapur sang istri juga membuka kertas.
Tak lama kemudian sang istri menghampiri suami ke kamar.
Istri : “Bagaimana suamiku, engkau telah membacanya?”
Suami : “Sudah istriku, maafkan aku yang tidak bisa sempurna mendampingimu, maafkan aku,” air matanya semakin deras mengalir.
Istri : “Ya suamiku, tapi mengapa engkau tidak menulis apapun di kertas itu? Padahal aku telah menulis segala kekuranganmu.”
Suami : “Wahai istriku tercinta, tahukah engkau? Aku mencintaimu apa adanya sehingga aku melihat kekuranganmu adalah kelebihanmu dan aku tahu Allah menciptakan setiap manusia dengan berbagai kekurangannya. Untuk itu aku sebagai suamimu akan menjadi pelengkap untuk menutupi kekuranganmu, istriku. Aku mencintaimu karena Allah wahai istriku,” sambil menangis dan berbisik lirih di telinga sang istri.
Sang istri pun tak sanggup menahan tangis mendengar ucapan dari sang suami yang begitu sangat mencintainya. []