SEORANG wanita yang sedang haid, haram hukumnya melaksanakan shalat secara mutlak, baik shalat wajib ataupun sunah. Jika darah haidnya telah berhenti, maka wajib baginya untuk mandi lalu menunaikan shalat. Jika dia suci di waktu Subuh, Dhuhur, dan Maghrib, maka dia wajib menunaikan satu shalat saja untuk masing-masing waktu tersebut.
Namun jika sucinya di waktu Ashar, maka dia wajib shalat Dhuhur dan Ashar. Jika sucinya di waktu Isya’, maka dia wajib shalat Maghrib dan Isya. Karena keduanya, yaitu waktu Ashar dan Isya, masih merupakan waktu yang memungkinkan bagi seorang wanita untuk menjamak dua shalat, yaitu shalat Dhuhur dengan Ashar, dan shalat Maghrib dengan Isya’.
BACA JUGA: Darah yang Keluar pada Hari-hari Haid
Pendapat ini merupakan pendapat dalam madzhab Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, dan fuqaha sab’ah (ahli fiqh yang tujuh, yaitu : Said bin Musayyib, Al-Qasim bin Muhammad, Sulaiman bin Yasar, Urwah bin Az-Zubair, Kharijah bin Zaid, Ubaidillah bin Abdullah, dan Abu Bakar bin Abdurrahman). Selain itu juga merupakan pendapat Abdurrahman bin Auf, Thawus bin Kaisan, Qatadah, Mujahid, dan Atha’ bin Abi Rabah.
Pendapat ini berdasarkan apa diriwayatkan dari sahabat Abdurrahman bin Auf ra, beliau berkata :
إِذَا طَهُرَتِ الْحَائِضُ قَبْلَ غُرُوبِ الشَّمْسِ صَلَّتِ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ، وَإِذَا طَهُرَتْ قَبْلَ الْفَجْرِ صَلَّتِ الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ
“Apabila seorang wanita yang haid telah suci sebelum Matahari tenggelam, maka dia shalat Dhuhur dan Ashar. Dan apabila dia telah suci sebelum fajar (shadiq), maka dia shalat Maghrib dan Isya’.” [ Mushannaf Ibnu Abi Syaibah : 2/122]
Atsar di atas juga diriwayatkan dari Thawus bin Kaisan, Qatadah, Mujahid, Atha’ bin Abi Rabah dan selain mereka. Silahkan untuk disimak : Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (2/122), Sunan Ad-Darimi (1/645), Sunan Ash-Shaghir karya Al-Baihaqi (1/115), Mushannaf Abdurrazaq Ash-Shan’ani (1/332) dan yang lainnya.
Imam An-Nawawi (w.676 H) rahimahullah menyatakan :
وَإِنْ كَانَتْ عَصْرًا أَوْ عِشَاءً وَجَبَ مَعَ الْعَصْرِ الظُّهْرُ وَمَعَ الْعِشَاءِ الْمَغْرِبُ بلا خلاف
BACA JUGA: Haid, Ini Doa dan Keutamaannya
“Dan jika shalat yang didapatkan waktunya adalah shalat Ashar atau Isya’, maka wajib shalat Ashar dan Dhuhur, dan wajib shalat Isya’ dan Maghrib, tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama Syafi’iyyah.” [Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 3/65].
Urutan menunaikannya dianjurkan sesuai dengan urutan waktu shalat. Shalat Dhuhur dulu, lalu shalat Ashar, shalat Maghrid dulu, lalu shalat Isya’. Namun jika tidak urut, maka tetap sah. Terkecuali jika waktu shalat yang dijumpai tidak cukup untuk melaksanakan shalat yang sebelumnya, dimana jika menunaikan shalat yang terlewat terlebih dahulu, sangat besar kemungkinan shalat yang hadir akan luput/habis waktunya, maka dalam keadaan ini wajib menunaikan shalat yang hadir dulu. [Simak : Syarhul Muhadzdzab : 7/30]. []
Wallahu a’lam.
Facebook: Abdullah Al Jirani