Oleh: Achmad Tuqo Syadid Billah
KATANYA, budaya timur erat kaitannya dengan budi pekerti, sopan santun, akhlak, atau apapun namanya. Sejak kecilpun kita (mungkin) dibiasakan untuk hormat dan berlaku baik, apalagi pada orang yang lebih tua dari kita. Bukankah begitu?
Tapi, apakah semua “pelajaran” itu masih melekat? Padahal diutusnya Rasulullah SAW pun dikatakan untuk memperbaiki akhlak umat. Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya perilaku kita baik, akhlak kita baik, ucapan kita baik, dan lain-lain.
Kalau mau jujur, tidak akan ada orang yang mau disakiti, apalagi dihina. Tidak akan ada orang yang ingin dijadikan bahan pergunjingan, dibicarakan kejelekannya ataupun diperlakukan secara kasar baik oleh lisan maupun tangan. Semua orang ingin dihargai dan diperlakukan secara baik. Ya, meskipun kita lebih sering menuntut diperlakukan dengan baik daripada berbuat baik pada orang lain.
Padahal, cukup sederhana inti dari bersikap baik terhadap orang lain. Yaitu, dengan kita tidak melakukan hal-hal yang kita pun tak ingin orang lain melakukannya terhadap diri kita. Jika kita tak mau dijadikan bahan pergunjingan, maka jangan menggunjing. Jika tak mau dimaki, maka jangan memaki. Jika ingin dihargai, maka hargai oranglain. Mudah bukan?
Namun sayangnya, kadang kita tak mampu menjadi tuan atas nafsu kita sendiri, hingga kita pun sering dijadikan budak oleh nafsu yang pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri. Wajar bila sampai saat ini masih saja ada orang yang berlaku tak baik pada kita, karena hingga detik ini pun kita masih sering berlaku buruk pada oranglain. []