Oleh: Ariyani Syahniar
asyahniar@gmail.com
DICERITAKAN bahwa ada seorang laki-laki shalih penggembala domba yang taat kepada Allah. Ia selalu melihat sisi kebaikan dari setiap sesuatu yang dialaminya dan yakin bahwa semuanya itu terjadi atas izin dan takdir Allah. Di kampungnya Ia terkenal dengan seorang yang konsisten dengan ucapannya yaitu “وعسى في الأمر خير/ Semoga ada kebaikan dalam perkara ini”.
Pada suatu hari, warga kampung bersepakat membuat makar untuk menguji keimanan lelaki itu terhadap kalimat yang selalu ia ucapkan. Mereka sembunyikan domba yang banyak miliki tetangganya itu di kampung sebelah pada malam hari.
BACA JUGA: Pelayan yang Selalu Mengatakan ‘Allah Itu Baik, Ia Tak pernah Salah’
Keesokan harinya mereka datangi rumah sang lelaki sambil berteriak untuk memberitahu bahwa ada segerombol pencuri yang telah mengambil domba-dombanya dan tidak ada satu ekor pun yang tersisa. Sontak lelaki itu terkejut dan bertanya bagaimana ini dapat terjadi, lalu penduduk itu memberitahu kronologis kejadiannya.
Meskipun lelaki itu sedikit terlihat sedih, namun di depan warganya ia berkata, “Tidak apa-apa, khayran, Insyaa Allah baik-baik saja. Manusia tidak tahu apa yang telah Allah tuliskan, semoga semuanya ada kebaikan, وعسى في الأمر خير.”
Seluruh warga kampung kebingungan dengan ketenangan lelaki itu walaupun semua hartanya telah tiada. Mereka mengatakan mustahil jika sampai sore hari nanti lelaki itu tidak menangis dan meronta kecewa. Mereka sepakat untuk berkumpul di malam hari menyaksikan kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan lelaki itu. Namun sayangnya tidak sedikitpun ada kesedihan yang mereka lihat dari tetangganya yang shalih dan selalu berhusnudzon kepada Allah itu.
Mereka kebingungan dengan apa yang mereka saksikan, maka dihampirinya laki-laki itu dan setiap kali mereka mengingatkan lelaki itu terkait apa yang sudah terjadi, sang lelaki selalu mengatakan, “Khayran, pasti ada kebaikan Insyaa Allah, lupakan saja, aku pun telah melupakannya”.
Apa yang ia katakan itu datang dari hati, bukan hanya dari lidah. Ini adalah bukti dari kebenaran iman di dalam hatinya. Dia yakin bahwa semuanya berasal dari Allah dan kepadaNya lah ia serahkan segala urusan.
Karena merasa tidak puas, mereka belum menyerah sampai disini. Mereka tidak pulang dan tetap mengintai semalam suntuk dekat rumah sang lelaki untuk sekedar ingin menyaksikan kesedihannya.
Selama mereka dalam pengintaian dan meninggalkan rumah-rumah mereka, datanglah pencuri sesungguhnya untuk menyerbu rumah dan lumbung mereka. Dan tak lewat dicuri pula ternak-ternak mereka.
BACA JUGA: Kisah Ajaib Pedagang Roti yang Rajin Beristighfar
Ketika pagi tiba dan mereka menemukan apa yang terjadi, bersedihlah mereka dan meratapi segala sesuatu yang telah hilang. Semuanya berteriak, murka, mengutuk dan tak jarang mengeluarkan kata-kata kasar dan cacian. Kemudian datanglah laki-laki shalih yang telah kecurian sebelumnya dan berkata, “Janganlah kalian berteriak dan berkata-kata kasar seperti itu, sungguh aku telah mengalaminya sebelum kalian.”
Mereka berkata, “Tidak, demi Allah, domba-dombamu tidak dicuri. Sungguh kami telah menyembunyikannya di kampung sebelah untuk menguji kalimat-kalimat kebaikan yang selalu kau ucapkan bersama kemalangan dan musibah yang kau hadapi. Kami mengujimu, dan Allah melindungi semua ternakmu dari segerombolan pencuri hakiki.”
Dari kisah ini kita tahu bahwa selalu ada kebaikan di balik musibah yang menimpa. Tugas kita seorang muslim hanya tawakkal berserah diri kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dan senantiasa husnudzon/berprasangka baik terhadap takdirNya. []
Kisah ini diambil dari hikayat berbahasa Arab yang berjudul “وعسى في الأمر خير”. Ditulis dan diterjemahkan oleh Ariyani Syahniar.