Oleh : Alya Adzkya,
Alya adzkya adalah nama pena dari Annisa Alya Ramadhany. Penulis merupakan alumni Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Putri Cikarang angkatan ke-5.
muallifahadzkya5198@gmail.com
HARI kelulusan akhirnya tiba. Hari paling mendebarkan sekaligus dinantikan. Hari di mana semua kenangan-kenangan manis akan berakhir dengan dilupakan, atau membekas lekat dalam ingatan. Bagi para santri yang telah menjalani masa belajar bertahun-tahun di balik tembok pondok pesantren, hari kelulusan adalah hari kebebasan. Hari di mana semua peraturan yang mengekang, kini tak lagi mengikat diri. Ah, benarkah seperti itu?
Wisuda akhir bukan berarti semuanya lantas berakhir begitu saja. Wisuda akhir bukannya menyudahi identitas kita sebagai seorang santri. Justru wisuda akhirlah yang menobatkan kita sebagai seorang santri. Saat ini dan di masa yang akan datang.
Tidak ada yang benar-benar berakhir di dunia ini. Setiap akhir merupakan awal sesuatu yang baru, bukan? Begitu pula dengan kelulusan. Lulusnya kita dari pendidikan formal di pesantren, merupakan gerbang awal menapaki masa depan.
Tahukah kalian, Dek? Setiap alumni memegang nama besar almamaternya di pundak masing-masing. Bagaimana kita bersikap, bertutur kata, bertingkah laku. Semua orang di sekitar kita akan menilai. Baik atau buruk, berprestasi atau memalukan, semua pasang mata akan memandang kita, menilai. Dan celakanya penilaian itu tak hanya berhenti pada subjek, tapi juga dari manakah sosok pelaku belajar! Itu artinya, setiap tingkah laku kita menentukan nama baik almamater kita.
Apalagi sebagai santri, kita punya tanggung jawab yang jauh lebih besar untuk dijaga. Di ranah mana pun kita berpijak, kita bertanggung jawab atas keislamannya, bukan? Maka ada baiknya kita terus memperbaiki diri, memperbaiki sikap. Dimanapun, dan kapanpun. Tak hanya di mata manusia, juga dalam pengawasan Sang Pemilik Semesta. Hingga almamater tercinta tak terbersit penyesalan meluluskan, namun justru menerbitkan secercah senyum penuh kebanggaan. []
Ranah Impian, 06 Juni 2016