DALAM pernikahan, kita akan menemukan hal-hal baru dari pasangan kita. Ya, karena kita sebelumnya hanya mengenalnya dari luar saja. Dari informasi saudaranya, atau teman dekatnya. Nah, setelah pernikahan berlangsung dan tinggal bersama pasangan kita, dari situ muncul lah kebiasaan-kebiasaan pasangan yang tidak kita sukai.
Lalu bagaimana agar rumah tangga tetap harmonis meski ada kebiasaan yang tidak kita sukai dari pasangan?
Pertama kita harus identifikasi apakah hal yang membuat kesal itu masalah prinsip? Yang disebut masalah prinsip misal dia malas kerja, tidak setia, pindah agama, suka main kasar, atau yang serupa. Jika seperti itu, maka wajar kita kecewa.
Tapi jika hanya seputaran enggak terlalu peka karena didikan keluarganya seperti itu, suka naruh barang-barang pribadi sembarangan, atau hal-hal yang sekiranya bisa diperbaiki ya sebaiknya kita juga ngaca. Janganlah terlalu perfeksionis karena kita sendiri juga enggak sempurna.
Jangan sampai keliru misal yang harusnya masalah prinsip kita abaikan sedangkan yang bukan prinsip kita permasalahkan. Misal, kita cuek-cuek aja saat pasangan pindah kepercayaan atau agama yang beda dengan kita, tapi kebakaran jenggot saat gaji pasangan turun. Nahh. Itu namany tidak pada tempatnya.
Kedua, yang harus kita pahami adalah pasangan kita bukan anak kita. Dalam artian, kita ketemunya pas udah gede. Ya jelaslah karakter dia sedikit banyak dipengaruhi oleh didikan keluarga dan lingkungan. Kalau kita ingin mengubah pun tidak bisa sehari dua hari jadi. Bukankah Roma tidak dibangun dalam waktu semalam?
Ketiga, salah satu tantangan menikah adalah memanajemen ketidakcocokan. Dan itu tidak bisa dipelajari secara instan atau sekadar teori saja. Semua berproses dan bertahap. Ada kalanya kita ingin menyerah, “Kayaknya gue gak sanggup deh,” jika pikiran itu terbersit, kembali ke poin satu. []
Sumber: Ummi Online