Oleh: Arif Siddiq Razaan
SUDAH waktunya para jomblo pensiun, saatnya bergiat terbebas dari jeruji kesendirian yang menahun. Jangan asyik melajang hingga kesadaran berumah tangga mulai sedikit pikun. Kejarlah jodoh lewat ta’aruf dengan mengedepankan prinsip tabayyun.
Biarkan senandung pernikahan sebagai penyempurna separuh agama dapat mengalun. Percayalah kesejatian cinta bukan diuji sekian lama pacaran hingga kemurnian ahlak dan tindak menurun. Tetapi harus diraih melalui berkarib ajar kerja disertai doa agar keluhuran rumah tangga dapat segera dituntun.
Sudah waktunya para jomblo pensiun, saatnya bergiat terbebas dari jeruji kesendirian yang menahun. Berjuanglah menemukan pendamping hidup yang bisa diajak hidup secara rukun. Perlakukan pasangamu dengan tutur kata yang santun.
Biarkan kemesraan terus mengayun. Kembara kasih sayang terus ditapak bersama, meski kadang panasnya konflik rumah tangga melebihi cuaca di daerah gurun. Sejatinya dengan pendampingan setia yang ikhlas niscaya setiap masalah akan terlalui meski sebesar apapun.
Sudah waktunya para jomblo pensiun, saatnya bergiat terbebas dari jeruji kesendirian yang menahun. Jodoh bukan sekadar dipinta, akan tetapi diupayakan menemukannya secara tekun. Apabila pondasi mental, spritual dan finansial telah terbangun, saatnya mengukuhkan lahir-batin dalam ikhtiar rumah tangga sakinah, mawaddah, wa rahmah dengan sebenar anggun.
Bakarlah segala birahi akibat tipudaya Iblis yang bertumbuhkembang di reranting jiwa hingga begitu rimbun. Biarkan kemesraan sebagai pasangan suami istri menjadi nyala penerang hidup serupa api unggun. []