HAKIKAT syukur ialah mengakui nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah, dengan disertai ketundukan, perendahan diri, dan kecintaan kepada-Nya.
Oleh karena itu, barangsiapa yang tidak mengetahui adanya kenikmatan, dia tidak bersyukur. Barangsiapa yang telah mengetahui adanya kenikmatan namun tidak mengetahui Dzat yang memberikannya (yaitu Allah Ta’ala), dia tidak bersyukur.
BACA JUGA: Bersyukur Kunci Bahagia
Barangsiapa yang telah mengetahui adanya kenikmatan dan telah mengetahui Dzat yang memberikannya, namun mengingkarinya, dia telah kufur nikmat.
Barangsiapa telah mengetahui adanya kenikmatan dan Dzat yang memberikannya, juga tidak mengingkarinya, namun dia tidak tunduk, tidak mencintai-Nya, serta tidak ridho, maka dia tidak mensyukuri nikmat.
Dan, barangsiapa yang telah mengetahui adanya kenikmatan, dan mengetahui Dzat yang memberikannya, tunduk dan mencintai-Nya, ridho dengan-Nya dan pemberian dari-Nya, serta menggunakan kenikmatan tersebut untuk perkara-perkara yang dicintai-Nya dan ketaatan kepada-Nya, dialah orang yang mensyukuri nikmat.
Lima pondasi syukur
1. Ketundukan kepada Allah,
2. Kecintaan kepada-Nya,
3. Pengakuan atas nikmat-nikmat-Nya,
4. Pujian kepada-Nya,
5. Penggunaan nikmat bukan untuk hal yang dibenci-Nya.
BACA JUGA: Sujud Syukur, Ini Ragam Bacaan dan Tata Caranya
Apabila hilang satu poin dari poin-poin di atas, maka akan hilang satu pondasi syukur.
Syukur ialah dengan hati, lisan, dan anggota badan. Dengan hati, ialah tunduk, ridha, dan cinta. Dengan lisan, ialah memuji dan mengakui. Dengan anggota badan, ialah taat dan patuh. (lihat Madaarikus Saalikiin, hal. 244-246)
Nah ukhti, sudahkah bersyukurkah kamu hari ini? []