BAGAIMANAKAH manusia dapat dilepaskan dari bencana yang akan datang? Inilah salah satu pertanyaan yang sering dikemukakan oleh banyak penduduk dunia sekarang ini.
Sebagian besar penduduk dunia yang waras pikirannya berpendapat bahwa krisis sejarah dunia yang belum ada tara bandingannya itu adalah hasil konsepsi kebendaan semata-mata dalam kehidupan.
Lepasnya segala sesuatu dari tenaga rohani; tenaga yang sanggup mengendalikan hasrat manusia supaya jangan terus-menerus mengumpulkan dan menguasai benda dengan jiwa yang tak kunjung puas.
Adapun pemecahan soal-soal tersebut letaknya dalam sintesis nilai-nilai rohani dan benda dalam kehidupan. Apa yang diperlukan umat manusia dewasa ini, mengutip ucapan Dr. Muhammad lqbal, ialah: (1) Penafsiran rohaniah tentang alam semesta, (2) emansipasi rohani orang seorang, dan (3) dasar-dasar asasi yang universal yang mengarahkan evolusi masyarakat manusia atas dasar rohani.
BACA JUGA: Pendahuluan pun dalam Islam Ada Adabnya
Kita semuanya mengetahui bahwa wahyu demi wahyu datang kepada para Nabi pada tingkat yang genting dari peradaban. Yakni saat tiap-tiap sesuatu sedang mengalami kemunduran pemecahan dan keruntuhan.
Atau ketika umat manusia diliputi kebodohan, kurang ilmu pengetahuan dan kelalaian. Atau manakala berkuasanya ilmu di lapangan kebendaan dengan melemparkan nilai-nilai rohani dalam kehidupan hingga mencapai taraf barbarisme.
Inilah taraf saat setiap suku dan kabilah, bahkan golongan-golongan kecil, diadudomba dengan yang lain dengan maksud pemusnahan hebat. Tidak adanya hukum dan ketertiban dan keadaan penjelmaan rohani yang dapat mengikat kesetiaan umat manusia ini, maka apa yang sekarang terjadi di sekitar kita dewasa ini?
Dua peperangan dunia telah kita alami. Kita sekarang ini sebagai penonton-penonton yang terombang-ambing antara harap dan cemas di tengah-tengah kegelisahan dan kealpaan “tukang-tukang jaga perdamaian” untuk menghindarkan peperangan pada masa akan datang.
Telah kita rasai dan alami derita dari dua peperangan yang lalu. Telah kita lihat sikap manusia terhadap Tuhannya, yang disebabkan oleh pemisahan nilai-nilai rohani dari nilai-nilai kebendaan.
Satu-satunya harap akan beroleh jalan kejayaan lahir dan batin ialah kebudayaan yang dapat mengumpulkan dan mendekatkan seluruh umat manusia sekali lagi dalam kesatuan yang mencantumkan kesetiaannya pada satu otoritas tempat berpegang.
BACA JUGA: Syarat-syarat Bekerja dalam Islam
Demikianlah saya serukan kepada setiap mereka yang beriman dan percaya kepada Tuhan Yang Esa untuk meresapi nilai-nilai rohaniah dalam kehidupan, dan menegaskan kembali kepentingan agama dalam hayat kita.
Dengan demikian, bersama-sama mengendalikan dan mengawasi tenaga-tenaga merusak yang tak dikekang, timbul dari alam kebendaan dan lalu mempergunakan tenaga-tenaga itu dalam pengendalian nilai-nilai rohani untuk mewujudkan manfaat yang lebih luas dan berbahagia bagi ilmu pengetahuan seluruh bangsa manusia.
Ilmu pengetahuan bersifat kebajikan dan kejahatan. Aspek merusak dari ilmu pengetahuan telah dan sedang ditunjukkan di depan mata kita sendiri.
Maka sekaranglah tugasnya bagi orang-orang yang mempunyai kesadaran penuh, mereka yang percaya iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan menunjukkan aspek kebajikannya, dituntun dan didukung oleh tenaga-tenaga rohaninya. Kalau kita gagal dalam tugas kewajiban ini, kita akan terhukum di depan mahkamah para keturunan kita.
Nabi Muhammad SAW pernah menyerukan kepada para pengikut agama lain, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran: “Wahai Ahli Kitab, marilah kembali kepada kalimat persamaan antara kami dan tuan, bahwa kita tidak akan menghambakan diri melainkan kepada Allah.”
BukanIah kaum Muslimin semata-mata, tetapi bahkan juga beberapa ahli-ahli pikir Barat yang modern dan terkemuka telah sampai kepada kesimpulan bahwa Islam sanggup dan mampu memberikan penyelesaian yang dirindukan dan dihasratkan untuk melepaskan bangsa manusia dari bencana.
Dengan maksud tujuan inilah Dr. lqbal menyerukan kepada umat Islam dalam kata-kata yang berikut: “Baiklah umat Islam dewasa ini menyadari posisinya, membina kembali hidup sosialnya dalam sinar nilai-nilai yang mutlak dan mengembangkan demokrasi rohaniah, suatu tujuan pokok dari ideologi Islam.”
BACA JUGA: Fibonacci, Islam dan Sistem Angka Modern
Baiklah, ini semuanya menjadi canang panggilan kepada semua orang Islam dewasa ini. Haruslah mereka tunjukkan kepada dunia bahwa kebajikan-kebajikan Islam bukanlah monopoli orang-orang Islam semata, tetapi karunia yang asli bagi umat manusia. “Tidaklah Kami kirim kamu, hai Muhammad melainkan untuk menjadi karunia bagi seluruh alam” (Quran surat al-Anbiyaa ayat 107).
Jalan yang sebaik-baiknya untuk memperlihatkan itu semuanya ialah dengan mempraktikkan dan mengamalkan kebajikan-kebajikan itu sendiri. Mula pertama sekali dalam rumah tangga kita sendiri, kemudian baru ke masyarakat yang lebih luas. “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Quran surat at-Tahrim ayat 6).
Jadi, cukuplah contoh teladan bagi kita di zaman yang lalu, yakni amal perbuatan Rasulullah SAW dan para khalifah beliau. []
(Dikutip dan disunting oleh Yusuf Maulana dari bagian ceramah Bapak M Natsir dalam peringatan Dr Muhammad Iqbal pada 21 April 1953 di Jakarta. Naskah ceramah ini kemudian diterbitkan dengan judul “Pemikiran Dr Muhammad Iqbal tentang Politik dan Agama”, Jakarta: Mutiara, 1979).