BAIKLAH, ia mungkin remaja yang aneh.
Umurnya sekitar 18 tahunan. Baru menyelesaikan pendidikannya di pesantren setingkat SMA.
Jika banyak remaja seusianya akan memakai pakaian yang ngikuti trend, maka ia memilih berhijab gede. Simpel katanya.
Jika banyak remaja seusianya yang eksis di medsos, maka ia tak punya Facebook atau medsos lainnya. Ia tak minat membuat Facebook, malas katanya.
Jika banyak remaja seusianya berlomba bisa punya gadget canggih , berfasilitas super, berkamera keren buat selfie ia malah memutuskan mengakhiri hubungan dengan handphone. “Handphone bikin saya lupa waktu, tersita waktu belajar dan menghafal saya” katanya.
Sungguh, ia remaja 18 tahunan yang tak punya akun medsos dan tak ber-handphone. Hari gini? Apa menurutmu ia tak aneh?
Ya! Barangkali ia memang aneh tapi…
Ia, remaja putri 18 tahunan yang masuk kelompok paling awal menyetor setiap kali jadwal menyetor hafalan Al Quran dan Hadist. Hafalannya super lancar.
Ia, remaja putri 18 tahunan yang bacaan Al Qurannya enak di dengar, saat diminta ustadzah membaca ayat-ayat Al Qur’an di kelas.
Ia, remaja putri 18 tahunan yang cukup cerdas dalam bidang study bahasa Arab. Beberapa teman seringkali bertanya padanya pelajaran Bahasa Arab yang tak dimengerti.
Yah, ia bisa jadi aneh tapi ia nyata.
Diam-diam saya belajar banyak hal darinya. Lalu, mencari-cari, bertanya pada diri sendiri, menggeledah jiwaku. Seperti apa saya waktu seumuran dengannya?
Akh.. remaja 18 tahunan ini ‘menampar’ saya dengan keras.
Apa yang telah saya lakukan dengan usiaku?
Apa yang bisa aku jawab kelak jika Allah ta’ala menanyakan nikmat umur yang Dia berikan padaku?
Atau, apa hanya akan ada sekadar romantisme semu, kebanggaan fatamorgana kemudian bergabung dengan grup kenangan?
Alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan bertemu remaja seperti ini. Berkenalan dengannya.
Ya, ukhty! Insya Allah saya akan senantiasa mendo’akanmu. Sesuai pintamu hari itu dengan mata berbinar, saat kita diskusi kecil “…Tolong do’akan saya lulus LIPIA kak..”
“Aamiin” jawabku.
Semoga Allah ta’ala, mengabulkan cita-citamu dan semakin memperindah akhlakmu ya ukhty.
Uhibbuki fillah, ya ukhty! []