Oleh: Fitri Amalia
fialiamarfi@gmail.com
MAGRIB sudah lewat Isya belum datang, suamiku baru pulang.
“Makan Pa?” sapaku.
“Tadi Meeting, jadi dah makan tadi bareng pak Jend.”
Mendengar kalimat ini, serasa ingin cari korban berikutnya. Setelah panci bolong dan gosokan rusak rasanya ingin memarahi centong sayur, sambil ngegetokannya ke lantai lalu,
“Praak …,” ia pun terbelah jadi 2 seiring teriakanku.
“Udah cape-cape masak, kaga dimakan, ngga tau gue nyampe keringetan lari-lari kewarung Bu Badrul buat beli bawang!”
BACA JUGA: Ibu, Pilih Mana, Shalat Langsung atau Kerjaan Rumah Dulu?
Aku berteriak tapi si centong yang terbelah diam saja, tak ada sahutan.
Plas …, sunyi …, sepiii …, hanya suara jam dinding. Sementara aku masih terpaku di depan panci …, sendiri …, tertunduk.
Lalu tiba-tiba bola Marfi mampir ke kepala.
“Jeleduk …!!!”
“Ups, maaf Ma ngga sengaja, kenapa Ma ngelamun, lagi lebay ya Ma?
“OMG Marfiii !!!….”
“Rasakan bola balasan Mama !!!” Akupun segera melemparkan bola itu balik ke kepala Marfi, sambil meneriakkan.
“Main bola jangan di rumaaah!!!”
Tapi hup, anakku menangkapnya dengan tangkas sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Oke Mamaku Cantik!!!”
* * *
Huum, adegan tanpa sensor itu harusnya tidak pelu terjadi jika aku membebaskan jiwaku. Bebas dari belenggu ketergantungan pada mahluk, termasuk pada ia yang kupangil ‘suami’.
“Bebaskan !!! …,”
“Lepaskan !!! …,”
BACA JUGA: Menjadikan Kekurangan Suami sebagai Anugerah
“Merdekakan !!! …,”
Cukup berharap pada-Nya yang maha Rahman, yang mengerti dengan baik tiap lapis isi hati. Yang membayar pahala dengan baik semua usaha, tiap tetes keringat yang tercurah.
Hanya mengharap pada-Nya, hanya bermohon padaNya hanya bersandar pada-NYa. Tanpa ada lainnya. Maka damai akan menyertaiku selalu. Tak akan ada rasa kesal meski suami pulang dalam keadaan kenyang. Karena aku memasak mengharap ridha-Nya, mengaharap pahala-Nya bukan sekedar mengharap opini suami.
Begitu pula dalam melakukan segala hal. Ridha siapa yang kauharap? Ridho mahluk kah? Kalau begitu engkau harus bersiap untuk kecewa. []
Bengkulu 12 May 16