Oleh: Ibnu Sayuti
Penulis tinggal di Pekalongan
BAGI penganut mazhab akidah asyariyah dan mazhab fiqih syafiiyah, beberapa surat dalam Al Quran menjadi sangat akrab bagi mereka. Sebut saja surat Yasin, al Mulk, Waqiah, ayat kursi dan beberapa yang lainnya. Yasin misalnya, hampir dibaca setiap malam jumat. Sedangkan surat Al Mulk dibaca setiap malam menjelang tidur. Begitu juga dengan surat Al Waqiah. Surat Al Waqiah juga rutin dibaca setiap malam menjelang tidur. Diharapkan dengan membacanya rutin akan dihindarkan dari kemiskinan selama-lamanya. Memang ada hadits yang mengatakan demikian, seperti hadits berikut ini,
“Barangsiapa membaca surat al-Wâqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan jatuh miskin selamanya”. Hadits di atas dikeluarkan oleh al-Hârits bin Abu Usâmah dalam kitab Musnad-nya, dihukumi lemah oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Âhadits Dha’îfah.
BACA JUGA: Baca Surat Al-Waqi’ah, Rezeki Lancar?
Seperti dalam kutipan hadist diatas, salah satu keutamaan surat al Waqiah adalah akan terhindar dari kemiskinan selamanya. Hadist ini dinilai dhaoif atau lemah oleh syaikh Albani. Syaikh Al Bani adalah seorang ulama kenamaan Arab Saudi, pakar Hadits yang sudah diakui dunia Islam. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa syaikh Albani adalah penganut mazhab akidah atsariyah dan penganut mazhab hukum wahabiyah. Salah satu ciri khas dari aliran ini adalah sangat berpegang teguh pada hadits sohih. Tetapi dalam mazhab akidah asyariyah dan mazhab fikih syafiiyah, salah satu kaedah yang dipakai adalah, boleh menggunakan hadits dhoif untuk hal-hal yang bersifat keutamaan.
Menariknya, jika kita lihat dari beberapa aspek, sebenarnya surat al waqiah ini tidak berkaitan secara langsung dengan penyebab menjadi kaya atau terhindar dari kemiskinan di antaranya:
Pertama, Jika kita menyelidiki sebab-sebab kekayaan dari para sahabat nabi, misal Usman dan Abdurrahman bin Auf, kita tidak pernah mendengar riwayat bahwa mereka mendawamkan surat al waqiah.
Penyebab utama kekayaan dua sahabat utama ini didalam siroh adalah sedekah, menghindari riba dan berdagang.
Kedua, jika kita telisik Al Quran, ayat-ayat Quran yang berkaitan dengan pelipatan harta lebih banyak terdapat dalam ayat-ayat sedekah, taqwa, istighfar dan bersyukur.
BACA JUGA: Rahasia Shalat Dhuha
Ketiga, jika kita telisik isi surat Al Waqiah itu sendiri, kita justru akan mendapati kenyataan yang berbeda. Tidak ada satu ayatpun didalamnya yang bicara tips-tips menjadi kaya atau pelipatan harta. Al waqiah justru berbicara mengenai hari kiamat.
Dari tiga hal tersebut, saya berpandangan bahwa yang dimaksud anti kemiskinan disini adalah anti kemiskinan dalam perspektif ukhrowi. Maka dalam perspektif ukhrowi, apa itu kemiskinan permanen, dan apa itu kekayaan sejati?
Miskin permanen adalah seperti yang disampaikan oleh hadits nabi. Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang dipikirkannya sehingga seolah olah dia tidak melihat hak Allah padanya, maka Allah akan menanamkan 4 penyakit dalam dirinya: Kebingungan yang tiada putusnya. Kesibukan yang tidak ada ujungnya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dan keinginan yang tidak tercapai”. (H.R ath Thabrani).
Dan kekayaan sejati adalah apa yang disampaikan pula oleh hadits nabi. Rosulullah saw bersabda:
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi islam mendidik jiwa pemeluknya untuk menjadikan ukuran kekayaan itu ada pada hati yang puas, walau secara materi kurang. Dan kemiskinan ada pada hati yang tidak pernah puas, walaupun secara materi berkelimpahan, sampai-sampai ambisinya untuk lebih kaya, menghalangi dia untuk memenuhi hak Allah Dzat pemberi Kekayaan di awal hari.
Lantas apa hubungannya dengan surat Al Waqiah?
Surat Al Waqiah ini tergolong surat Makkiyah. Seperti surat Makkiyah lainya, surat ini berisi mengenai menguatkan akidah tauhid dan keimanan pada yang ghoib. Waqiah sendiri berarti hari kiamat. Dan surat ini memang menjelaskan hakikat hari kiamat.
Jika kita mentadaburi surat Al Waqiah ayat 1 – 3 :
“(1) Apabila terjadi hari kiamat. (2) terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal). (3) (kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).
Saya yakin kita akan dikejutkan oleh hakikat besar ini. Kabar ini sangat kencang, deras dan jelas, menghambur kepada kita, tanpa basa-basi, mengabarkan bahwa kiamat pasti terjadi. Dan kiamat nanti akan membalikan semua timbangan dan ukuran. Dibalikkan dengan sangat nyata. Akan ada golongan yang direndahkan, dan akan ada golongan yang ditinggikan.
BACA JUGA: 9 Sifat Istri yang bisa Membukakan Keran Rezeki Suami
Tentu bagi yang memiliki iman, kabar ini menjadikan hati menjadi kecut. Menggigil. Mengerikan membayangkan bahwa ukuran-ukuran ketinggian didunia seperti kekayaan, pangkat, kuasa, jabatan, gelar, popularitas semuanya akan ditelanjangi dan diganti ukuran mutlak Allah, yang tidak bisa ditawar lagi. Maka dihari kiamat nanti akan ada orang kaya yang direndahkan dan kekayaannya tak bisa menolong. Maka dihari kiamat nanti akan ada orang yang sangat populer tetapi tidak dikenal sama sekali oleh Allah dan terhinalah ia. Maka dihari kiamat nanti akan ada orang yang sangat berkuasa menjadi hina tidak bisa menolong diri sendiri dalam kuasa Allah. Dan bayangkanlah jika orang-orang itu adalah yang terkenal disaat kita hidup! Atau bayangkan jika itu kita sendiri!
Kebalikannya ukuran-ukuran dunia yang dianggap kurang seperti miskin, tidak dikenal, jelek dll, jika mereka memiliki iman dan amal (yang merupakan ukuran Allah), maka dihari kiamat akan ditinggikan. Ada hamba Allah yang tidak dikenal di dunia, tetapi di hari kiamat, dia bisa memberi syafaat kepada kaumnya atas izin Allah, karena Allah sangat mengenalnya. Tidak dikenal dibumi tapi terkenal di langit, seperti Uwais Al Qarni. Di hari kiamat nanti Allah juga akan meninggikan dai-dai yang dihinakan kaumnya, mengangkat mereka setinggi-tingginya, seperti kisah Habin An Najjar dalam surat Yasin.
Perasaan yang ditimbulkan oleh ayat ini adalah seperti orang yang patah hatinya.Walaupun didepannya ada makanan lezat, karena orang itu sedang sedih dan gelisah, selera makannya menjadi tidak ada. Ayat ini jika kita hayati terus menerus menjadikan selera kita pada dunia menjadi menurun. Karena kecutnya hati kita mengetahui kenyataan hari akhir nanti. Apalagi jika ditadaburi ayat-ayat berikutnya, yang makin memperjelas mengenai keadaan hari kiamat lebih lanjut. Dimana manusia dibagi tiga, Golongan yang lebih dulu beriman, golongan kanan dan golongan kiri. Dan digambarkan betapa kontrasnya pembalasan golongan pertama dan kedua (nikmat abadi) dengan golongan ketiga (siksa abadi).
Akhirnya jika umat mendawamkan mentadaburinya, maka faedah yang pertama diperoleh oleh pribadi umat ini adalah karakter Zuhud. Seperti perkataan imam Ibnu Mubarok, “manusia sejati adalah para ulama. Raja raja sejati adalah orang-orang yang zuhud”. Ya mereka yang zuhud inilah yang memiliki kekayaan sejati. Ketika semua raja berbondong menginginkan kekuasaan dan pengaruh, orang zuhud justru menghindarinya. Ketika orang-orang menginginkan dikenal oleh dunia, orang zuhud justru meninggalkannya.
BACA JUGA: Tangisan Rasululullah SAW
Zuhud menjadikan umat ini memiliki rasa puas sejati dan kontrol terhadap ambisi. Jika mereka tidak mendapatkan dunia, mereka bersyukur, karena mereka yang direndahkan diakhirat adalah yang memiliki dunia tanpa memiliki iman dan amal. Dan jika mereka didatangi dunia, umat ini tetap akan waspada, jangan-jangan dunia yang datang akan menjadi sebab direndahkannya di akhirat. Maka makin kaya mereka makin waspada dan makin giat beramal. Dan bahkan walau mereka mendapatkan dunia, tetapi mereka lebih menyukai keadaan ‘bukan siapa-siapa’. Seperti imam ibnu Mubarok, ulama yang sangat terkenal sebagai pengusaha kaya, wara dan baik akhlaknya, saat mengantri air dan kemudian didorong-dorong dari belakang, tidak dimuliakan, berkata “ oh andaikata hidup adalah seperti ini”. Inilah kekayaan sejati, walau dia orang mulia dan terkenal tetapi tidak gila kehormatan, justru lebih suka tidak dikenali. Banyak sekali atsar dari sahabat-sahabat nabi seperti Abu bakar, Umar dan Aisyah yang mereka senada berkata “andai aku adalah kayu yang teronggok” atau “andai aku adalah rumput yang dimakan ternak” atau “andai aku tidak pernah dilahirkan”. Padahal setelah Rosulullah, tidak ada yang bisa menandingi popularitas dan pengaruh mereka.
Dan yang menarik adalah keadaan hati seperti inilah yang menjadi sebab umat ini bangkit. Menaklukkan dunia yang ada dihadapannya. Karena salah satu sebab kemunduran umat ini adalah pemeluknya yang sangat cinta dunia dan takut mati. Maka kebalikannya, sebab kejayaannya adalah zuhud terhadap dunia dan mencintai syahid di jalan Allah. Wallahua’lam. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.