Oleh: Hilyatul Aulia
Penulis adalah anggota mahMUD-Komunitas Peduli Remaja, tinggal di Mojokerto, Jawa Timur.
PUTRIKU,
Beberapa waktu ini, timeline facebook, IG, twitter ummi begitu ramai menggaungkan sebuah nama, Dilan. Ia adalah seorang remaja SMA yang berpacaran dengan seorang gadis bernama Milea. Yang membuat Milea tersihir, adalah Dilan sungguh mempesona dengan tingkah laku dan ucapan yang berselancar dari lisannya.
Putriku, inilah quotenya Dilan yang viral:
“Milea, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Nggak tahu kalau sore. Tunggu aja.”
“Jangan rindu berat. Kamu ga akan kuat. Biar aku saja.”
Putriku,
Tahukah kau?
Bagi remaja yang membaca kisah Dilan, sungguh akan terpesona dengan rayuan gombalnya. Untaian kata yang diucapkan oleh Dilan membuatkan remaja merasakan debaran di hatinya, dan ingin juga memiliki sosok kekasih seperti Dilan.
Film Dilan pun berhasil membuktikan bahwa generasi muda kaum muslimin benar-benar mengalami krisis identitas dan krisis figur panutan. Semuanya, berimbas pada pengaburan hakikat hidup yang seharusnya. Tentunya, jika ini dibiarkan berlarut, mental generasi muda hari ini akan semakin mudah Baper. Padahal, Baper itu menumpulkan akal.
Tapi, putriku.
Ummi ingin bicara denganmu.
Berbicara tentang sebuah rasa ibu untuk putrinya.
Putriku,
Sungguh Allah telah menanamkan fitrah berkasih sayang itu ada pada setiap makhluk. Kita mempunyai potensi itu. Potensi untuk mencintai dan menyayangi. Baik itu mencintai keluarga, maupun menyayangi lawan jenis. Seperti halnya Dilan dan Milea, mereka mempunyai potensi berkasih sayang. Namun, satu titik kehancuran yang mereka lakukan adalah mereka berpacaran. Mereka meluapkan rasa cinta itu dengan sebuah ikatan lemah bernama pacaran. Ikatan yang melanggar bagaimana seharusnya cinta itu tunduk pada RidhoNya.
Putriku,
Mungkin sebagian gadis yang mengharapkan sosok kekasih seperti Dilan adalah mereka yang tak dekat dengan ayahnya. Satu diantara penyebabnya, bisa jadi karena mereka tak mendapat suplai kasih sayang yang utuh dari ayahnya. Juga tak utuh diajarkan bahwa di dunia ini ada sosok yang sungguh mempesona. Akhlaknya pun jauh di atas Dilan seperti baginda Rasulullah dan para generasi terbaik umat Islam.
Putriku,
Gaungan tentang Dilan ini, membuat kami, orangtuamu menjadi tersentak. Karena jika ia adalah seorang yang bertakwa, tak akan pernah lisannya merayu. Mengumbar cinta dan rindu untuk seseorang yang tak halal baginya.
Putriku,
Semua ini memang berat.
Ditengah kondisi masyarakat yang menganggap pacaran adalah suatu hal yang biasa. Padahal, pacaran adalah dosa besar. Dosa besar.
Kalaupun suatu hari engkau beranjak remaja dan dewasa, lalu merasakan debaran rasa itu, maka tahanlah. Alihkan pikiranmu untuk mencintai Penciptamu. Akan ada saatnya, kau mengungkapkan cinta dan rindu yang berpahala. Akan ada saatnya juga, seorang laki-laki mengungkapkan cinta dan rindu yang berbuah surga. Iya, hanya dengan ikatan pernikahan. Bukan dengan ikatan fiktif berupa pacaran. Kadang putus, kadang nyambung. Semaunya dan bertindak tidak sesuai dengan norma agama.
Putriku,
Tenang saja.
Proses menuju pernikahan pun telah diatur oleh Islam.
MasyaaAllah.
Engkau, sebagai wanita. Sebagai calon istri dan calon ibu. Cukuplah taat pada Penciptamu. Karena dengan ketaatanmu, kelak akan memunculkan sakinah dalam rumah tanggamu. Tentang cinta dan rahmah, maka biarlah Allah yang menumbuhkannya di antara kau dan suamimu.
Putriku,
Peran negara untuk membuat kebijakan yang bisa mengarahkan masyarakat pada tujuan hidup yang sesungguhnya sangat dibutuhkan. Sebab, ketidak mampuan negara menghadirkan Ruh Sang Khaliq di zona publik, akan menjadikan individu melakukan hal-hal yang tidak berfaedah untuk kehidupan yang sesungguhnya di akhirat kelak.
Oleh karena itu,
Putriku,
Marilah kita menjadikan diri ini sebagai bagian dari sebuah gerakan yang massif untuk menyerukan penerapan islam. Agar, fenomena Dilan effect tidak mewabah dan berlarut-larut. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.