Oleh :Widya
Pengajar, Founder Bandung Storytellingclub dan Komunitas Muslimah Menjahit
wwidiaz08@gmail.com
SEPERTI biasa setiap hari Senin saya berangkat mengajar ke sekolah. Bertemu anak-anak yang selalu bersemangat untuk membuat sebuah prakarya. Sedikit saja raut muka lemas karena mereka sedang belajar melaksanakan shaum sunnah Senin-Kamis. Masya Allah..
Senin, 1 April 2019 kami membuat prakarya dengan judul ‘Letter For Parents’. Anak-anak menyambut dengan antusias. Selembar kertas putih dibagikan berikut hiasan suratnya. Tampak biasa bukan? Namun ada yang istimewa pada prakarya saat ini.
BACA JUGA: Cowok ke-401 yang Berkomentar di Facebook
Saat itu, semua anak sibuk menulis dan menghias kertas suratnya. Saya melihat ada seorang anak tampak kebingungan membolak-balikan kertas hendak menuliskan sesuatu tapi tidak pernah dilanjutkan. Saya dekati dia dan bertanya, ‘Kenapa nak, ada kesulitankah? Mau dibantu?’
Atan. Begitu ia biasa dipanggil. Dia adalah anak yang spesial. Allah takdirkan demikian, tapi ia sangat kooperatif. Dia mengerti instruksi dari saya untuk menulis apa yang dia rasakan pada mama papanya. Menitik air mata saat saya membaca suratnya…
“Untuk Mama dan Papa”
Aku sayang mama dan papa. Terimakasih sudah menjadi mama papa yang hebat untuk aku. Maafkan aku ya..”
Sebuah surat yang singkat namun sarat makna. Di surat anak-anak lainnya pun sama. Anak-anak menuliskannya penuh dengan perasaan. Rata-rata berisi ungkapan sayang pada ayah bundanya. Ucapan terimakasih dan permintaan maaf sebagai anak saat tak patuh pada ayah bunda. Se- clear itu hati mereka.
Dua hal yang sangat mengusik ialah pertama ungkapan rasa bangga mereka memiliki orangtua seperti ayah bundanya, mama papanya, umi abinya, bapak ibunya. Kedua, ungkapan bahwa mereka memaklumi bila mereka sering dimarahi ayah bundanya, bukan karena benci tapi karena sayang.
Aahhh… Mengharu biru suasana kelas saat itu.
Saya memiliki seorang anak, masih berumur 3 tahun. Saya bayangkan bila ia sudah bisa menulis dan menuliskan hal serupa seperti anak-anak di kelas tadi. Rasanya saya akan memeluk, mencium, menangis haru dan meminta maaf dengan segala keterbatasan saya selama menjadi orang tuanya.
Mengapa?
Dari surat anak-anak itu kita dapat mempelajari banyak hal. Ketulusan hati untuk menyayangi, kebersihan hati untuk selalu memaafkan, rasa bersyukur pada Allah telah diberikan orangtua yang membanggakan sebagai wujud penerimaan mereka terhadap orang tua yang tak sempurna.
BACA JUGA: Android dan Kereta Api Ekonomi
Allah berfirman: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Surah Al-Imran:Ayat 134)
Semoga Allah SWT memberkahi. Menjadikan anak-anak shalih dan shalihah ini selalu memancarkan kebaikan dalam setiap laku dan lisannya. Semoga menjadi inspirasi bagi para orangtua untuk selalu berbuat baik kepada anak sebagaimana anak selalu berusaha juga untuk berbuat baik pada orangtuanya karena anak adalah amanah besar dariNya.
Wallahu’alam bish shawab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word