Oleh: Ghazali Sali
ghazali27102002@gmail.com
Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!” [2: al-Baqarah [35]
Dari ayat di atas, kita akan mengkaji perihal surga Nabi Adam. Apakah surga Nabi Adam dulu sama dengan surga yang kelak orang mukmin tempati?
Pertanyaan ini menghasilkan silang pendapat antar ulama.
Syaikh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsirul-Munir menjelaskan silang pendapat itu. Beliau mengatakan bawa pendapat terbanyak mengatakan surga Nabi Adam sama dengan surga orang mukmin kelak. Bedahalnya dengan pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam al-Maturidi, mereka mengatakan bahwa surga Nabi Adam ada di dunia, sekitar daerah ‘Adn, Palestina atau tempat antara Paris dan Kirman.
BACA JUGA: Apa Wasiat Nabi Adam kepada Nabi Syith?
Silang pendapat ini tentu juga dengan argumen yang sama-sama kuat. Imam ar-Razi dalam tafsirnya mengutip pendapat Abul-Qasim al-Balkhi dan Abu Muslim al-Asfahani bahwa surga Nabi Adam bukanlah surga khuld (kekal) yang kelak akan ditempati oleh orang mukmin. Sebab jika demikian, seharusnya Nabi Adam tidak akan dikeluarkan dari surga, sesuai dengan firman Allah di surat al-Hijr ayat 48 yang berbunyi: “Mereka tidak akan dikeluarkan dari dalam surga.”
Namun pendapat ini ditolak oleh Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya, bahwa mungkin saja Allah memberi izin pada makhluk-makhluk tertentu untuk keluar-masuk surga. Misalnya malaikat yang memiliki kekuasaan untuk keluar-masuk surga. Begitupula dengan Nabi Muhammad yang masuk lalu keluar lagi dari surga saat peristiwa isra’.
Surga Nabi Adam, Tentang Iblis yang Mengganggu
Lantas bagaimana dengan iblis yang sudah dikeluarkan dari surga, akan tetap masih bisa mengganggu Nabi Adam yang ada di dalam surga?
Syaikh Wahbah az-Zuhaili menukil dari salah satu pendapat bahwa iblis tidak mengganggu Adam dengan memasuki surga, melainkan dengan perantara sifat waswas yang Allah berikan kepadanya. Atau mungkin bisa mengikuti pendapat yang dinukil oleh Imam as-Suyuthi dalam tafsir ad-Durrul Mantsur fi Tafsiril Ma’tsur bahwa iblis masuk ke surga dengan mengelabuhi malaikat melalui perantara ular. Iblis meminta tolong pada ular agar memasukkannya ke dalam surga melalui mulutnya.
Meski begitu, harusnya Nabi Adam tidak tidak tertaklif atas larangan memakan buah khuldi. Sebab di surga tidak ada taklif!
Imam al-Qurtubi lagi-lagi menjawab bahwa mungkin saja saat itu Nabi Adam terkena taklif. Sebab tidak berlakunya taklif kelak ketika semua penduduk surga telah masuk kedalamnya.
BACA JUGA: 4 Fakta Nabi Adam yang Menarik, Salah 1-nya Sakit Perut saat Pertama Kali Turun ke Bumi
Surga Nabi Adam, Sikap Kita
Walhasil, dari semua silang pendapat yang kami tuturkan di atas, jawaban yang paling aman adalah diam dari perdebatan tentang hal itu (al-waqf). Sebab tidak ada yang mutlak kebenarannya. Imam Ibnu katsir dalam kitab Qasasul-Anbiya mengatakan:
وَاللّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ مِنْ ذَلِكَ هَذَا كَلَامُهُ فَقَدْ تَضَمَّنَ كَلَامُهُ حِكَايَةَ أَقْوَال ثَلَاثَة وَأَشْعُرُ كَلَامَهُ أَنَّهُ مُتَوَقف فِي اْلمَسْأَلَةِ
“Allahlah yang lebih tahu kebenarannya. Dari perdebatan ini menuntut pendapat yang ketiga. Saya rasa pendapat itu adalah diam dari membahas masalah.” []