SYA’BAN merupakan mukaddimah dan pintu gerbang menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Sya’ban pun jadi momentum yang tepat untuk mempersiapkan diri sambut Ramadhan dengan meningkatkan amal ibadah dan doa.
Abu Bakr Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman.”
“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan. Dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.” (Lathaiful-Ma’arif Ibnu Rajab Al Hanbali)
BACA JUGA: Ini Pendapat Ulama terkait Puasa di Paruh Akhir Bulan Sya’ban
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Sya’ban merupakan bulan di mana amal saleh setiap hamba diangkat ke langit. Ini disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam satu sabdanya.
Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya, “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban.” Beliau bersabda:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR An-Nasa’i, Ahmad)
مَن عوّد نفسه فيه بالاجتهاد ، فاز في رمضان بحسن الاعتيادالسيد [محمد بن السيد علوي المالكي الحسني في رسالته شهر شعبان ماذا فيه ]
“Barangsiapa membiasakan diri beribadah di bulan Syaban dengan bersungguh-sungguh, maka ia akan memperoleh kemenangan dalam bulan Ramadhan dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan baik.” (Fi Syahr Sya’ban Madza Fih, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani)
Salah satu keistimewaan Sya’ban adalah diturunkannya ayat perintah bersholawat kepada Nabi (Surah Al-Ahzab Ayat 56) pada bulan ini:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan Para Malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam Kitabnya “Ma Dza fi Sya’ban” mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban. Beliau menegaskan pandangannya dengan menyebutkan salah satu hadis riwayat Imam Ad-Dailami dari Sayyidah Aisyah, dia berkata:
شَعْباَنُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ اللِه وَشَعْبَانُ المُطَهِّرُ وَرَمَضَانُ المُكَفِّرُ
“Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan bulan Allah. Bulan Sya’ban menyucikan dan Ramadhan menggugurkan dosa.”
Sebagaimana diketahui Hari Jumat adalah Sayyidul Ayyam (penghulu semua hari). Rasulullah memerintahkan umatnya untuk memperbanyak sholawat pada hari Jumat. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hari yang paling utama adalah hari Jumat, karena itu perbanyaklah membaca sholawat untukku. Sesungguhnya sholawat kalian ditampakkan kepadaku.” (HR Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah)
Di pengujung Syaban ini hendaknya kaum muslimin memperbanyak doa, istigfar, bertaubat kepada Allah, dan bersholawat kepada Nabi.
BACA JUGA: Perbanyak Puasa di Bulan Sya’ban, Ini Hadisnya
Berikut doa yang dianjurkan:
اللّهُمَّ إِنْ لَمْ تَكُنْ غَفَرْتَ لَنا فِيما مَضى مِنْ شَعْبانَ فَاغْفِرْ لَنا فِيما بَقِيَ مِنْهُ
Allahumma illam Takun Ghofarta Lana Fiimaa Madho min Sya’ban Faghfir Lana Fimaa Baqiya Minhu
“Ya Allah, jika Engkau tidak mengampuni kami di hari-hari Sya’ban yang telah berlalu, maka ampunilah kami di hari-hari yang tersisa ini.”
,اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ
وأعنا على الصيام والقيام وغض البصر وحفظ اللسان ولا تجعل حظنا منه الجوع والسهر
Allahumma Bariklanaa Fii Rojaba wa Sya’ban wa Ballighna Romadhon. Wa a’inna ‘Alash Shiyam wal Qiyam wa Ghaddhil Bashar wa Hifdzhil Lisan wa Laa Taj’aal Hadzh-dzhanaa Minhul Juu’ was Sahar
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan suci Ramadhan. Dan tolonglah kami untuk melaksanakan puasa, menghidupkan malam (sholat tarawih), mengendalikan pandangan, menjaga lidah dan janganlah Engkau jadikan bagian pahala puasa kami hanya sekedar berlapar-lapar dan berjaga-jaga saja.” (Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya No. 2228; Imam Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath No. 3939; Imam Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3815; Imam Al-Bazzar dalam Musnadnya 6494, Imam Ibnu ‘Asakir dalam Mu’jamnya No. 309; dan Imam Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus No. 1984) []