AISHA Jibreel Alexander mendapatkan hidayahnya mengenal Islam dengan cara yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia melafalkan dua kalimah syahadat sesaat setelah hatinya tersentuh dengan merdunnya suara adzan yang ia dengar.
Wanita yang berprofesi seorang pilot ini awal bersinggungan dengan Muslim pada tahun 2001. Saat itu dirinya bekerja pada perusahaan Kanada yang dimiliki oleh orang Islam.
“Itu sekitar 2001,” tutur Aisha Jibreel.
Dengan profesinya tersebut membuat Aisha merasakan perasaan kesepian yang teramat dalam. Selain karena jauh dari keluarga, kesibukan yang menyita waktunya itu bahkan menjadikan Aisha jarang ke gereja. Padahal menurutnya, ia senantiasa berdoa siang dan malam. Namun tetap saja rasa sepi dan hampa tak kunjung pergi dalam dirinya.
Selanjutnya, perjalanan ke Timur Tengah membentuk paradigma baru pada Aisha dalam berpakaian seorang wanita. Melihat para wanita di sana memakai pakaian yang longar dan menutup seluruh tubuhnya, akhirnya membuat wanita itu turut memakai pakaian serupa dengan alasan menghormati budaya setempat. Tapi pakaian dengan menutup seluruh aurat itu membuatnya nyaman dan tenang.
Dari sanalah bening-bening untuk mengenal Islam tubuh dalam dirinya. Keadaan itu membuat Aisha langsung menghubungi komunitas Muslim sesaat setelah berada di Austria.
“Saat itu (dengar suara adzan) rasanya aku berkata, ayo, kamu berhenti menangis dan dengarkanlah merdunya panggilan azan tersebut,” katanya.
Dan lantunan kumandang adzan saat ia berada di Bahrain mengantarkannya bersyahadat sebagai seorang Muslim. Ia sedang berada di jalan menuju ke sebuah restoran dan mendengar suara azan. Merdu dan syahdu lantunan suara azan tersebut menyentuh ruang kosong hatinya yang hampa.
Sejak itu, Aisha telah membuat sebuah pilihan dengan memutuskan memeluk agama Nabi Muhammad ﷺ ini. “Di momen tersebut, saya yakin bahwa Islam memang untuk saya,” katanya. []
SatuMedia