SAHABAT mulia Islampos, umat Islam tentunya tak asing dengan sosok Muhammad Al Fatih atau Sultan Mehmed II. Kesuksesan Muhammad Al Fatih dalam menaklukan Konstantinopel tentunya tak lepas dari andil gurunya, yakni Syaikh Aaq Syamsuddin. Siapakah dia?
Syaikh Aaq Syamsuddin adalah penasihat spiritual Sang Penakluk Konstantinopel tersebut.
“Sesungguhnya kalian melihatku sangat gembira. Kegembiraanku bukan karena penaklukan benteng ini semata. Akan tetapi, kegembiraanku muncul karena adanya seorang Syaikh yang mulia pada zamanku. Dia adalah guruku, Syaikh Aaq Syamsuddin,” ujar Sultan Muhammad Al-Fatih pascapenaklukan Konstantinopel, ibukota Byzantium.
Rupanya sudah menjadi sunnatullah. Di balik lahirnya seorang penakluk, ada sekelompok ulama rabbani yang ikut andil dalam mendidik, mengarahkan, dan memberi penerangan. Ada peran besar Abdullah bin Yasin di Malik Yahya bin Ibrahim di balik pemimpin Daulah Murabithin. Ada Qadhi Al-Fadhil di balik Shalahuddin Al-Ayubi dalam Daulah Ayyubiyah. Dan, Syaikh Aaq Syamsuddin di balik Muhammad Al Fatih.
Syaikh Aaq Syamsuddin adalah satu-satunya orang yang sanggup membuat penguasa muslim itu menundukkan kepala. Segala nasihatnya didengar dan dilaksanakan. Sekalipun dunia mencatat Muhammad Al Fatih sebagai pemimpin terbaik dari pasukan terbaik, namun pemuda itu sadar, tanpa gurunya, dirinya bukanlah siapa-siapa.
BACA JUGA: Sejarah dan Kronologi Penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad al Fatih pada 1453
Suatu hari Sultan mengungkapkan perasaan segan dan sungkannya kepada Syaikh dalam pembicaraan dengan seorang menterinya, Mahmud Pasya.
“Sesungguhnya rasa hormatku pada Syaikh Aaq Syamsuddin bukanlah penghormatan biasa. Jika saya berada di sampingnya, saya merasakan hal yang lain, saya begitu segan kepadanya,” ujarnya.
Pengarang buku Al-Badr Al-Thali’ menyebutkan, sehari setelah menaklukkan Konstantinopel, Sultan datang ke kemah Syaikh Aaq Syamsuddin yang saat itu sedang berbaring. Dia tidak bangkit berdiri untuk menyambut kedatangannya. Maka Sultan pun mencium tangannya dan berkata kepadanya.
“Saya datang kepadamu untuk sebuah keperluan.”
“Keperluan apa itu?” tanyanya.
“Bagaimana jika saya masuk dan kita berbicara berdua?” ujar Sultan memohon. Namun Syaikh menolak permintaan itu. Sultan memaksa dan terus memohon, namun Syaikh selalu menjawab, “Tidak!”
Akibatnya, emosi Sultan tak bisa dibendung. Ia marah. “Sesungguhnya telah datang kepadamu salah seorang dari orang-orang Turki, dan kau masukkan dia sendirian, namun tatkala saya datang kau menolak untuk melakukan hal itu,” cecarnya.
Syaikh dengan dingin menjawab, “Sesungguhnya jika engkau masuk padaku sendirian, maka kau akan merasakan kenikmatan sehingga kesultanan akan jatuh dalam pandangan kedua matamu, dan akan berantakanlah semua perkara ini. Dan Allah akan murka kepada kita semua. Sedangkan masuk menyendiri itu adalah agar timbul rasa keadilan. Maka hendaklah engkau melakukan demikian dan demikian.”
Setelah itu Sultan mengirim uang 1000 dinar padanya, namun Syaikh tidak mau menerimanya. Maka tatkala Sultan keluar bersama seorang pembantunya dan berkata kepadanya, “Syaikh tidak berdiri untukku.”
“Mungkin dia melihat dalam dirimu ada perasaan sombong karena penaklukan ini, yang sebelumnya tidak bisa dilakukan pada sultan sebelumnya. Dengan demikian, Syaikh bermaksud menghapuskan rasa sombong itu dari dirimu,” ujar Menteri Mahmud.
Selain sebagai penasihat spiritual sekaligus guru Muhammad Al Fatih, Syaikh Aaq Syamsuddin juga merupakan ahli pengobatan. Dan, ternyata beliau juga merupakan keturunan Abu Bakar Ash Shiddiq, sahabat Nabi Muhammad sekaligus khalifah muslim pertama dalam sejarah Islam.
Nama lengkapnya adalah Syaikh Aaq Syamsuddin adalah Muhammad bin Hamzah Al Dimasyqi Ar Rumi. Beliau melakukan perjalanan bersama ayahnya ke negeri Romawi. Beliau lahir di kota Damaskus (Suriah) pada tahun 792 H/1389 M.
Syaikh Aaq Syamsuddin telah memberikan pelajaran kepada Sultan Muhammad Al Fatih berupa ilmu Al-Qur’an, Sunnah, fikih, ilmu-ilmu Keislaman, serta mempelajari bahasa Arab, Persia dan Turki. Tatkala Muhammad al-Fatih masih kecil, Syaikh Aaq Syamsuddin mampu meyakinkannya bahwa yang dimaksud dengan hadis Rasulullah ﷺ yang berbunyi: “Konstantinopel akan bisa ditaklukan di tangan seorang laki-laki. Maka orang yang memerintah di sana adalah sebaik-baik penguasa dan tentara-tentaranya adalah dirinya.”
Syaikh Aaq Syamsuddin juga mengajarkan ilmu-ilmu lain seperti matematika, astronomi (falak), sejarah dan seni berperang. Dialah salah seorang Ulama yang membimbing Sultan Muhammad Al Fatih, tatkala berkuasa di Magnesia untuk belajar tata cara pemerintahan dan pokok-pokok ilmu pemerintahan.
Syaikh selalu berusaha mendidik Sultan Muhammad Al-Fatih dengan didikan yang penuh nilai-nilai keimanan dan ihsan. Beliau bukan hanya memiliki kemampuan ilmu yang luas dalam agama dan penyucian jiwa tetapi pada saat yang sama sangat ahli dalam masalah pengobatan herbal. Hingga kemasyhurannya dalam bidang pengobatan ini menjadi buah biblr di banyak kalangan.
Ada ungkapan populer untuk Syaikh ini: “Sesungguhnya tumbuh-tumbuhan itu berbicara kepada Syaikh Aaq Syamsuddin?“
Imam As-Syaukani mengatakan, “Selain dikenal sebagai ahli pengobat raga, dia juga dikenal sebagai pengobat hati. Telah beredar di tengah-tengah masyarakat sebuah cerita, bahwa sebatang pohon memanggilnya dan berkata padanya. ‘Saya adalah penyembuh penyakit fulan.’ Kemudian kesohorlah berkahnya dan muncullah keeutamaannya.”
Syaikh memiliki kepedulian terhadap penyakit jasmani, sama pedulinya terhadap penyakit-penyakit rohani. Beliau memiliki kepedulian khusus terhadap penyakit dalam, sebab penyakit ini telah mengakibatkan meninggalnya ribuan manusia di zamannya. Dia menulis buku dalam masalah ini yang dia beri judul Maadat Al Hayaat.
BACA JUGA: Siapkan Generasi Unggul, Inilah Cara Mendidik Guru Muhammad Al Fatih
Di dalam buku tersebut, Syaikh mengatakan, ‘Sangat keliru jika dikatakan bahwa penyakit-penyakit itu menyerang manusia dengan sendirinya. Padahal penyakit-penyakit itu berpindah dari satu orang ke orang lain dengan cara menular. Penularan ini sangat kecil dan renik, hingga tidak mampu dilihat oleh mata telanjang. Penularan ini terjadi karena adanya kuman yang hidup.”
Dengan pengalaman ini, maka Syaikh Syamsuddin telah mendefinisikan kuman pada abad ke-15 Masehi. Dia merupakan orang pertama yang melakukan itu. Saat itu belum ada yang disebut dengan mikroskop. Empat abad setelah zamannya, muncul seorang ahli kimia dan biologi asal Prancis yang bernama Louis Pasteur melakukan penelitian dengan hasil serupa seperti yang telah dikemukakan oleh Syaikh Aaq Syamsuddin.
Syaikh Aaq Syamsuddin juga sangat peduli kepada penyakit kanker dan menulis buku tentang hal itu. Dalam bidang kedokteran, Syaikh Syamsuddin telah menulis dua buku penting Maadat Al-Hayaat dan Kitaab Al-Thibb. Dua buku ini dia tulis dalam bahasa Turki dan Utsmani.
Syaikh memiliki tujuh tulisan berbahasa Arab, yaitu: Hallul Musykilaat, Ar-Risalah An-Nuriyyah, Maqaalatu, Auliyaa,’ Risalah fi Dzikrillah, Talkhish Al-Mataa’in, Daf’u Al-Mataa’in, Risalalm Syarh Haaji Bayaram Wall?”
Syaikh kembali ke tempat tinggalnya di Koniyoka setelah merasakan perlu untuk kembali ke sana. Sultan sendiri mendesaknya agar tetap tinggal di Istanbul, namun dia menolak. Syaikh Aaq Syamsuddin tutup usia pada tahun 863 H/ 1459 M. []
SUMBER: SINDONEWS