Oleh: Bagas Triyatmojo
BARU kali tadi, saya lihat ada pengamen yang mengembalikan uang kepada yang memberinya, tersenyum sinis, tidak berterima kasih, dan berkata balik, “Uangnya buat beli permen aja, Mas.”
Ternyata mas mas tadi memberikan uang seratus perak, mungkin beliau tidak sengaja, karena saya perhatikan, begitu merogoh kantong, langsung mengulurkan kepada pengamennya, tanpa melihat recehan berapa yang terambil.
Akan tetapi, saya jadi mikir… sejak kapan pengamen “mempersyaratkan” diberi sekian, baru diterima dan berterima kasih? Saya merasa tersentil juga, Selama hidup sudah diberi ini dan itu sama Allah, tapi mengapa masih sedikit sekali bersyukur? Bisa jadi karena itu tadi, saya secara tidak sadar mempersyaratkan jumlah nikmat minimal, baru bersyukur.
BACA JUGA: Perempuan yang Mengajariku Arti Syukur
Sepertinya untuk nikmat nikmat yang (bagi kita terlihat) besar, akan mudah bagi kita bersyukur. Katakanlah seperti, mendapatkan pekerjaan, masuk sekolah / perguruan tinggi favorit, wisuda, menikah, tak jarang terdengar ucap syukur hingga berurai air mata, karena bahagianya.
Akan tetapi, untuk nikmat nikmat yang (terlihat) kecil, kita terlupa untuk mensyukurinya, seakan, kita mempersyaratkan, “kalo dapet nikmat segini segini segini loh baru bersyukur” padahal banyak nikmat Allah yang tidak kita sadari.
Hari ini bepergian dan bisa pulang selamat, itu nikmat.
Hari ini makan tanpa keselek, itu nikmat.
Hari ini bernafas tanpa batuk batuk, itu nikmat.
Hari ini bisa berkedip tanpa kelilipan, itu nikmat.
BACA JUGA: Bersyukurlah Allah Masih Menutup Aib Kita
Dan banyak lainnya, yang ga bakal abis kalau saya tuliskan satu satu.
Hari ini saya disadarkan, jangan jangan selama ini saya tidak menganggap itu semua sebagai nikmat, seolah menganggap itu hal rutin yang wajar didapat, sehingga ya… itu dianggap biasa saja. Dan jadilah seorang manusia yang sedikit sekali bersyukur, hanya bersyukur pada saat do’a do’a yang dipanjatkan terkabul saja, sedikit sekali, sedikit sekali.
Memang semestinya, syukur itu tidak pernah terpisah dari setiap helaan nafas. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word