DALAM dunia perniagaan Ijab Qabul adalah bagian penting yang harus ada didalamnya. Ijab ialah perkataan yang diucapkan oleh penjual, atau yang mewakilinya dalam mengutarakan kehendak hatinya yang berkaitan dengan akad yang dijalin.
Sedangkan Qabul ialah perkataan yang diucapkan oleh pembeli atau yang mewakilinya sebagai ekspresi dari kehendaknya berkaitan dengan akad tersebut.
Transaksi jual beli dapat terjadi dengan perkataan yang mengarah pada kegiatan jual beli itu sendiri. Tidak ada perkataan khusus yang harus digunakan saat Ijab Qabul. Kalimat Ijab Qabul bisa disesuaikan yang jelas menunjukan terjadinya akad jual beli.
Ijab Qabul termasuk sayarat sahnya jual beli. Jika akad yang dialakukan tidak sempurna, maka jual beli itu batal. Masalah ijab qabul ini para ulama berbeda pendapat, di antaranya sebagai berikut:
BACA JUGA: Hukum Jual Beli saat Azan Jumat
Madzhab Syafi’i
“Tidak sah akad jual beli kecuali dengan shigat (ijab qabul) yang diucapkan”. (Al-Jazairi, hal.155).
Syarat shighat menurut madzhab Syafi’i:
1. Berhadap-hadapan
Pembeli dan penjual harus menunjukkan shighat akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya yakni harus sesuai dengan orang yang dituju.
Dengan demikian tidak sah berkata, “Saya menjual kepadamu!”. Tidak boleh berkata, “Saya menjual kepada Ahmad”, padahal nama pembeli bukan Ahmad.
2. Ditujukan pada seluruh badan yang akad
Tidak sah berkata, “Saya menjual barang ini kepada kepala atau tangan kamu”.
3. Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab
Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh orang yang mengucapkan ijab kecuali jika diwakilkan.
4. Harus menyebutkan barang dan harga
5. Ketika mengucapkan shighat harus disertai niat (maksud)
6. Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna
Jika seseorang yang sedang bertransaksi itu gila sebelum mengucapkan, jual beli yang dilakukannya batal.
7. Ijab qabul tidak terpisah
Antara ijab dan qabul tidak boleh diselingi oleh waktu yang terlalu lama yang menggambarkan adanya penolakan dari salah satu pihak.
BACA JUGA: Hati-hati, Jual Beli Tidak Sah Jika Tidak Penuhi Beberapa Syarat Ini
8. Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain
9. Tidak berubah lafazh
Lafazh ijab tidak boleh berubah seperti perkataan, “Saya jual dengan 5 dirham”, kemudian berkata lagi, “Saya menjualnya dengan 10 dirham”, padahal barang yang dijual masih sama dengan barang yang pertama dan belum ada qabul.
10. Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna
11. Tidak dikaitkan dengan sesuatu
Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungan dengan akad.
12. Tidak dikaitkan dengan waktu
Madzhab Hambali
Syarat shighat ada 3 yaitu:
1. Berada di tempat yang sama
2. Tidak terpisah antara ijab dan qabul yang menggambarkan adanya penolakan
3. Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak berhubungan dengan akad
Imam Malik berpendapat
“Bahwa jual beli itu telah sah dan dapat dilakukan secara dipahami saja”. (al-Qurthubi, hal. 128). Syarat shighat menurut madzhab Maliki:
1. Tempat akad harus bersatu
2. Pengucapan ijab dan qabul tidak terpisah
Di antara ijab dan qabul tidak boleh ada pemisah yang mengandung unsur penolakan dari salah satu aqid secara adat.
BACA JUGA: Bukan Cuma Haji, Jual Beli juga harus Mabrur, Lho!
Madzhab Hanafi
Syarat shighat:
1. Qabul harus sesuai dengan ijab
2. Ijab dan qabul harus bersatu. Yakni berhubungan antara ijab dan qabul walaupun tempatnya tidak bersatu.
Pendapat kelima adalah penyampaian akad dengan perbuatan atau disebut juga dengan aqad bi al mu’athah yaitu:
“Aqad bi al-mu’athah ialah mengambil dan memberikan dengan tanpa perkataan (ijab qabul), sebagaimana seseorang membeli sesuatu yang telah diketahui harganya, kemudian ia mengambilnya dari penjual dan memberikan uangnya sebagai pembayaran”. (al-Jazairi, hal. 156). []
SUMBER: PENGUSAHAMUSLIM | PASAR-ISLAM