SEBELUM memulai perjalanannya ke suatu tempat, Syeikh Mustafa ternyata musti menambah kudanya. Maklum, zaman itu kemana-mana orang Arab harus menggunakan kuda atau unta.
Karena dia orang terpandang dan disegani banyak orang, maka tidak begitu susah untuk membawa dua ekor kuda.
Tapi diam-diam, kedua pemilik ekor kuda yang berbeda itu sebenarnya tidak begitu ridho kudanya dibawa oleh sang Syeikh.
BACA JUGA: Saya Hanya Mau Tahu Siapa yang Mendorong Saya ke Danau?
“Aduh afwan, Syeikh,” ujar pemilik kuda yang satu, “sebenarnya kuda saya lagi sakit. Jadi sepertinya tidak bakal begitu kuat untuk menempuh perjalanan Syeikh yang jauh itu.”
“Dan kebetulan juga, Syeikh,” yang satu lagi segera saja menimpali, “Kuda saya yang ini juga sudah tua sekali. Dibawa jalan ke desa sebelah saja dia sering kali mogok.”
Syeikh Mustafa mangut-mangut. Tanpa berpikir lagi, beliau langsung saja berkata, “Kalau begitu, kita adakan lomba balap saja. Kuda mana yang menang, maka akan saya pilih. Setuju?”
BACA JUGA: 3 Nama Terakhir
Salah satu pengiring Syeikh Mustafa mendekati Syeikh, dan berbisik, “Sepertinya tidak bakalan berhasil deh, Syeikh! Keduanya bakalan memperlambat jalan kudanya masing-masing…”
“Jangan kuatir,” kata si Syeikh dengan tersenyum, “keduanya kita suruh menunggangi kuda musuhnya masing-masing. Tentunya mereka berdua bakalan saling cepat dan ingin segera sampai ke garis finish!” []