MAYORITAS pengantin, banyak yang memilih untuk melangsungkan akad nikah pada pagi hari. Sabtu atau Ahad pagi, menjadi hari yang paling sering dipilih untuk melangsungkan pernikahan.
Namun, alih-alih memilih akad nikah pada pagi hari, Syekh Abdul Qadir al-Jailani menyarankan untuk melangsungkan pernikahan pada sore hari di hari Kamis atau Jumat, kenapa?
Disebutkan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Al-Ghuniyah li Thalibi Thariqil Haqqi Azza wa Jalla fil Akhlaq wat Tashawwuf wal Adabil Islamiyah, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, tahun 1997 M/1417 H, juz I, halaman 103.
يستحب أن يكون العقد يوم الجمعة أو الخميس والمساء أولى من التبكير، ويسن أن تكون الخطبة قبل التواجب، فإن أخرت جاز وهو مخير بين أن يعقد بنفسه أو يوكل فيه غيره
“Pelaksanaan akad nikah dianjurkan agar dilangsungkan pada hari Jumat atau Kamis. Tetapi (pelangsungan akad nikah) sore hari lebih utama daripada pagi hari. Khutbah nikah disunahkan agar disampaikan sebelum ijab-qabul. Kalau pun khutbah nikah disampaikan setelah ijab-qabul, boleh saja. Ia juga boleh memilih untuk melangsungkan akad nikah dirinya sendiri atau mewakilkannya kepada orang lain.”
Keterangan ini menyebutkan bahwa ketimbang pagi hari akad nikah sebaiknya dilangsungkan pada sore hari. Saran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani soal akad sore hari ini berkebalikan dengan lazimnya akad perkawinan kebanyakan masyarakat di Indonesia.
Akad perkawinan pada pagi hari memang tidak salah atau keliru. Tetapi akad nikah pada sore hari, menurut Syekh Abdul Qadir, lebih mengandung maslahat. Demikian. Wallahu a‘lam. []
Sumber: laman NU online.