Menikah itu bukan sekedar urusan cinta, suka, dan tertawa bahagia. Menikah adalah tanggungjawab, kepekaan rasa, dan kebijaksanaan jiwa dalam menyikapi realita.
Tak elok membayangkan pernikahan sebatas kebahagiaan, sebab realitanya dalam kehidupan rumah tangga bukan hanya ada bahagia, tapi juga sedih, duka, dan deraian air mata.
Di sinilah kebersamaan teruji, kepekaan mulai nampak, dan kedewasaan mengkristal.
Suka dan duka merupakan dinamika yang tak terpisahkan dari kehidupan rumah tangga. Maka syukur saat suka dan sabar saat duka menjadi bagian yang selalu harus tertanam dalam jiwa.
Kelebihan dalam rumah tangga menjadikan syukur membawa kebaikan. Kekurangan dalam kebersamaan menjadikan sabar sebagai pintu kebajikan. Dua-duanya pahala selama ikhlas menjalaninya.
Teringatlah saya sebuah kisah.
Pada sebuah jalan di kota Bashrah, Al-Atabi melihat dua sejoli sedang asyik bersendau gurau. Mereka demikian mesra, bercengkerama, dan bercada ria.
Yang membuat Atabi heran mereka kurang sepadan, sang wanita muda cantik jelita, sementara sang lelaki sudah tua dan buruk rupa. Bila sang wanita berbisik ke telinga lelaki itu, sang lelaki tertawa gembira.
Ada apa?
Untuk menjawab rasa penasarannya ulama terpandang itu menghapiri mereka dan memberanikan diri bertanya.
“Siapakah lelaki itu?”
“Dia suamiku.”
“Engkau cantik jelita dan menawan, bagaimana dapat bersabar dengan suami seperti itu? Sungguh mengherankan.”
“Karena mendapatkan wanita sepertiku, ia bersyukur. Dan aku mendapatkan suami seperti dirinya, maka aku bersabar. Bukankah orang yang sabar dan syukur termasuk penghuni surga? Tidak pantaskan aku bersyukur atas karunia ini?”
Tanpa banyak bicara Atabi meninggalkan wanita itu. Ada kagum, bangga, juga sedikit cemburu dalam hatinya.
Betapa beruntungnya lelaki tua itu beristrikan wanita luar biasa. Bukan sekedar cantik fisiknya, tapi memesona hatinya, baik budi pekertinya, tulus cintanya, dan indah cara pandangnya.
Syukur dan sabar dalam kehidupan rumah tangga adalah kebaikan.
Sehingga sudah selaiknya menghadirkan dua sikap ini dalam dalam jiwa kita, saat suka dan duka, saat senyum bahagia dan saat menangis berderai air mata, saat lapang dan saat sempit, saat kebebihan dan saat kekurangan.
Syukur dan sabar menjadi telaga indah yang menyejukkan hati, menenteramkan jiwa, dan menenangkan kehidupan.[]