Oleh: Rahman Hanifan
JAM 22.03 aku mulai menulis catatan ini. Fisik cukup lelah. Hari Senin jam mengajar cukup banyak, ditambah piket. Tadi aku baru pulang dari sekolah sekitar jam empat kurang seperempatan. Di rumah, aku membersamai anak-anak. Habis maghrib tilawah, makan. Habis isya’ pergi mengaji, LQ. Nah, barusan pulang. Andai saja tidak teringat ‘one day one note’ aku pasti langsung berbaring dan sebentar kemudian lelap.
Ada yang mesti aku syukuri setiap hari, karena aku punya cukup banyak kesibukan. Setidaknya, pekerjaan harian, tugas di sekolah cukup menghindarkanku dari kegiatan-kegiatan yang tidak baik. Rata-rata aku berada di sekolah jam tujuh pagi hingga tiga sore. Itu belum termasuk perjalanan berangkat dan pulang. Jadi, paling tidak dalam waktu rata-rata delapan jam itu, diriku cukup terjaga, terhindar dari kegiatan yang tidak-tidak.
Bagaimana aku akan melakukan hal-hal yang keji, sedang teman-teman seprofesiku adalah ustadz-ustadzah yang shalih dan shalihah. Sedang aku punya tugas utama memberikan keteladanan pada peserta didik di sekolah. Nah, ini tingkat minimalnya, setidaknya aku disibukkan oleh agenda sekolah dan terhindar dari aktivitas-aktivitas yang tidak benar.
Ya, aku mesti bersyukur karena punya pekerjaan. Pekerjaan yang mulia insya Allah. Menjadi guru, pendidik calon-calon penerus bangsa dan penghuni surga. Sementara jutaan sarjana barangkali masih cukup dipusingkan dengan urusan mencari kerja. Dan tak jarang, karena mengganggur, karena banyak waktu kosong, orang justru terjebak pada aktivitas-aktivitas yang jelas manfaatnya. Atau bahkan aktivitas-aktivitas dosa.
Alhamdulillah, pun setelah pulang kerja, aku juga masih punya aktivitas-aktivitas positif lainnya. Membersamai anak istri misalnya, adalah hal menyenangkan yang berpahala. Pada setiap canda tawa dengan istri, genggaman tangan, dan setiap kemesraan dengan pasangan hidup kita, Allah menjanjikan pahala.
Begitu pun setiap kali kita memberikan usapan, cium dan peluk sayang kepada anak-anak kita. Pun demikian, setia kali membacakan buku untuk anak-anak, menceritakan dongeng, mengajak mereka mengaji bersama, memperkenalkan mereka dengan agama dan seterusnya. Semua adalah ladang bagi kita untuk memperoleh pahala dan keberkahan dari Allah. Tentu bila semua itu kita niatkan untuk menggapai ridhoNya.
Di luar itu, hari-hariku masih juga terisi dengan kegiatan-kegiatan positif lain. Seperti liqa pekanan malam ini, pertemuan rutin FLP, ikut kajian tafsir tiap haru Sabtu malam, sesekali mengisi training, sesekali olahraga dan sebagainya. Ada yang tidak boleh ketinggalan. Menulis. Iya, selama ini, aku cukup rutin menulis. Dan dengan dicanangkannya program ‘one day one note’ maka setiap hari, insya Allah aku akan terus menyempatkan diri untuk menulis.
Nah, sekali lagi aku harus bersyukur, karena memiliki kesibukan-kesibukan positif. Belum lagi aku selalu dikumpulkan dengan orang-orang shalih setiap saat. Tadi, setidaknya aku terjaga dari melakukan perbuatan yang tidak baik.
Nah, mudah-mudahan saja, Allah menjadi kita sebagai orang-orang yang senantiasa sibuk. Sibuk bertakwa, sibuk berjuang menggapai ridhoNya, dan sibuk memburu syahid di jalanNya. Dengan itu kita akan terhidar dari hal-hal negatif. Mudah-mudahan, insya Allah.
Rahman Hanifan, penulis asal Magelang ini pernah mengenyam pendidikan di STIS Yogyakarta.