Oleh : Junaidi Mujab,M.Ag. | junaidikoto122@gmail.com
Tafsir Surat An-Naba ayat 6 – 10
Setelah ayat 1 – 5 dari surat ini yang berisikan tentang perdebatan dari beberapa golongan manusia dalam menanggapi berita besar yakni tentang kenabian, hari Qiamat, hari berbangkit, yaumul Hisab dan hari pembalasan.
Kemudian ditegaskannya bahwa mereka kelak akan mengetahui bukti kebesaran Allah dan akan tahu akibatnya bagi yang ragu-ragu bahkan menentang kepastian berita besar itu.
Maka pada ayat-ayat berikutnya ( 6- 10 ) Allah Segera menerangkan kemampuannya yang amat hebat dalam menciptakan segala sesuatu yang maha ajaib untuk membuktikan jawaban dari keraguan mereka, bahkan semua itu menjadi nikmat dan kenikmatan bagi manusia.
BACA JUGA: Tafsir Surat An-Naba 1-5
Ayat 6 dan 7:
وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا أَلَمْ نَجْعَلِ الأرْضَ مِهَادًا
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?”
Kedua ayat ini sungguh menunjukan kekuasaan Allah yang maha hebat bahwa Allah menjadikan bumi sebagai hamparan.
Sebenarnya bumi itu bundar seperti bola tetapi begitu besarnya, maka permukaanya tampak datar seperti hamparan.
Ini juga berarti bumi itu sangat luas untuk tempat tinggal bagi manusia. Kemudian agar bumi tidak goyah dan terombang ambing karena begitu besarnya, dicipitakan pasaknya yaitu gunung-gunung yang tertancap jauh dalam perut bumi sehingga bumi terletak dengan kokoh dan aman dan nyaman untuk didiami manusia dan makhluk lainnya.
Tafsir Surat An-Naba ayat 6 – 10: Untuk kehidupan
Selanjutnya prasarana yakni bumi dan gunung-gunung yang diciptakan Allah itu, digunakan untuk kehidupan, Kemudian Allah berfirman pada ayat berikutnya (ayat 8) :
وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا
“Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan.”
Menurut Quraish Shihab ayat ini diawali dengan kata Khalaqa kata ini penekanannya pada keagungan Allah dan kehebatan ciptaan yang diciptakanNya itu.
Ini Juga berarti ayat-ayat di atas menekankan perlunya manusia memanfaatkan sebaik-baik mungkin bumi yang terahampar itu dan guunung-gunung yang menjulang itu.
Di sisi lain, keberadaan pasangan-pasangan hendaknya dimanfaatkan manusia karena berpasangan-pasangan itu merupakan sesuatu nikmat yang sangat hebat. Khusus bagi manusia penciptaan laki-laki dan perempuan sebagai pasangan merupakan nikmat dan kenikmatan yang pada akhirnya akan menghasilkan keturunan. Sebagaimana firmat Allah :
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.”
BACA JUGA: Baca Surat Al-Waqiah, Rezeki Lancar?
Untuk makhluk hidup lainnya diciptakan jantan dan betina sehingga berkembang biak pula seluruh jenis binatang untuk kebutuhan sehari-hari seperti binatang ternak, kendaran dan perhiasan seperti kuda dan unta dan untuk hiburan seperti burung dan binatang satwa.
Agar pasangan-pasangan manusia itu lebih nyaman, aman dan sejahtera dan perkembangbiakan manusia itu berjalan sebagaimana mestinya Allah Melengkapinya dengan kebutuhan-kebutuhan dan sarana-sarana yang bermacam-macam manfaatnya dan disempurnakannya dengan perlindungan dengan menjadikan tidur sebagai pemutus ; seperti dikemukakan oleh ayat berikutnya;
Tafsir Surat An-Naba ayat 6 – 10: Tidur untuk Istirahat
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
“dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.”
Kata سُبَاتًا (subata) dalam ayat ini ada yang mengartikan pemutus ada pula mengartikan diam atau tenang namun kedua-duanya mengandung makna istirahat. Kalau dengan arti pemutus maksudnya adalah pemutus kegiatan.
Karena pada malam semua kegiatan akan terputus digunakan untuk istirahat. Sedangkan kalau diartikan diam atau tenang, karena pada malam hari pasti tidak ada kegiatan sehingga menjadi relevan juga diartikan dengan Istirahat.
Tafsir al-Muntakhab berkomentar sebagaimana yang dikutib M.Quraisy Shihab: “Tidur adalah berhentinya atau berkurangnya kegiatan saraf otak manusia. Karena itulah ketika tidur energi dan panas badan menurun. Pada waktu tidur, tubuh merasa tenang dan rileks setelah otot atau saraf atau dua-duanya letih bekerja.
“Semua kegiatan tubuh menurun di waktu tidur, kecuali porses metabolisme, aliran air seni dari ginjal dan keringat. Proses-proses tersebut jika berhenti, justru akan membahayakan manusia. Sedangkan pernafasan agak berkurang intensitasnya, tapi lebih panjang dan lebih banyak keluar dari dada ketimbang dari perut. Jantungpun akan berdetak lebih lambat sehingga aliran darah menjadi lebih sedikit.
“Otot-otot yang kejang akan mengendur sehingga mengakibatkan kesulitan bagi seseorang yang tidur untuk melakukan perlawanan. Semua hal itu menyebabkan tidur sebagai waktu istirahat yang paling baik bagi manusia sebagaimana yang dikatakan ayat ini.
Tafsir Surat An-Naba ayat 6 – 10: Malam Sebagai Pakaian
Agar waktu istirahat manusia melalui tidur menjadi sempurna maka Allah melanjutkan firmanNya:
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا
“dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,”
BACA JUGA: Inilah 12 Perlajaran yang Ada dalam Surat Yasin
Dalam ilmu sastra Arab kalimat seperti dinamakan Isti’rah Hasanah Majazi yang tinggi maknanya. Allah mengumpamakan malam sebagai pakaian. Pakaian berfungsi sebagai penutup dan pelindung badan.
https://www.youtube.com/watch?v=OBEvyh2aZCM&t=13s
Allah menjadikan kegelapan malam sebagai penutup dan melindungi istirahat dan tidur Manusia. Lebih dari itu malam juga berfungsi menutupi dan menjaga rahasia manusia di waktu bercengkrama bersama anak-anak dan Isteri.
Menurut lbnu Jarir ath-Thabari; “Gelap malam itu meliputi seluruh diri kamu, sehingga walaupun kamu bertelanjang tidak berkain sehelai benangpun, namun kegelapan malam itu sudah bisa sebagai ganti pakaian. Namun Allah mengungkapkannya dengan bahasa yang halus yang dalam gaya bahasa Arab namanya adalah Majazi Isti’arah Hasanah.” []