Oleh : Junaidi Mujab,M.Ag. | junaidikoto122@gmail.com
Penamaan Surat
SURAT ini populer dengan nama an-Naba’ diambilkan dari kata an-Naba’, yang terdapat dalam ayat pertama ada juga yang menamakan ‘Amma Yatasa’alun.
Sebab turun ayat
Menurut Ibnu Abbas Surah ini turun karena orang-orang Kafir dan Musyrikin Qureisy bertanya-tanya atau mempertanyakan tentang berita kenabian dan ajaran-ajaran yang dibawanya.
BACA JUGA: Tafsir Mimpi Bertemu Ular Menurut Ibnu Sirin
Tafsir Surat An-Naba ayat 1 -5
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ (1) عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ (2) الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ (3) كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (4) ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (5)
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ (1) (Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya) Ayat ini diawali dengan kata Tanya atau istifham عَمَّ (tentang apakah) yang menurut kaidah umum bahasa Arab seharusnya adalah عَمّا yang berasal عن (dari) dan ما (tentang apakah)[ عن ما] selanjutnya diidghamkan sehingga menjadi عَمَّا tatapi dalam salah satu qira’at al-Qur’an di baca عَمَّ dan menurut qira’at lain عَمَّهْ.
” يَتَسَاءَلُونَ ” (mereka bertanya-tanya) yaitu orang-orang musyrik Mekah. Apa yang mereka pertanyakan yakni عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ (2) (tentang berita yang besar).
Apakah berita besar yang dibicarakankan itu?
Menurut para ulama tafsir berita besar itu di antaranya adalah kenabian dan hari berbangkit. Orang-orang musyrik Mekah apabila sudah berkumpul-kumpul sering membicarakan keberadaan Nabi Muhammad Saw dan wahyu terutama tentang berita-berita ghaib seperti hari berbangkit.
“الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ (3)” (yang mereka terhadap berita itu berselish pendapat).” Mereka satu sama lain sering mempertanyakan apakah Muhammad itu seorang tukang sihir, penyair, atau seorang dukun tukang tenung yang terkena pengaruh buruk oleh berhala-berhala mereka?
Mereka juga mempertanyakan apakah Al-Qur’an itu sihir, sya’ir atau mantra-mantra saja.? Masing-masing mereka mengemukakan pendapat sesuai dengan hawa nafsu dan angan-angan mereka.
Selain itu mereka sering bercakap-cakap tentang hari kebangkitan sehingga menimbulkan perdebatan, sebab di antara mereka ada yang mengingkarinya dan beranggapan bahwa setelah mati habislah perkara.
Tidak ada lagi kebangkitan setelah mati. Mereka berpendapat bahwa manusa itu lahir ke dunia lalu ia mati dan ditelan bumi karena tidak ada yang membinasakan kecuali masa dan waktu saja.
Tafsir Surat An-Naba ayat 1-5: Yang Dibangkitkan
Di sisi lain ada pula di antara mereka yang berpendapat bahwa yang dibangkitkan itu hanya arwah saja bukan jasad yang telah habis di makan bumi. Adapula di antara mereka yang menjumpai salah seorang sahabat nabi dan menanyakan tentang hal itu dengan sikap mencemoohkan.
Tentang keingkaran mereka terhadap hari berbangkit ini, sehingga mereka mempertanyakannya, diinformasikan pula dalam firmanNya:
إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
“Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi,” (An-Nur: 37)
Begitulah sikap musyrik mekah yang mempertanyakan berita yang besar yaitu hari qiamat. Berdasarkan kepada kontek ayat, yang dimaksud dengan “berita besar itu adalah hari qiamat dan berbangkit” hal ini juga dikuatkan firman Allah :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ (1) يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.” (Al-Hajj: 1-2)
Tafsir Surat An-Naba ayat 1-5: Perdebatan yang Langsung Dijawab oleh Allah SWT
Perdebatan mereka tentang berita besar hari berbangkit itu dijawab oleh Allah pada ayat berikutnya: كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (4) ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (5) “Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui, kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui”.
BACA JUGA: Baca Surat Al-Waqiah, Rezeki Lancar?
Kata . كَلَّاyang terdapat dalam dalam dua ayat ini adalah menunjukan ancaman artinya sekali-kali tidak atau tidak seperti itu.
Seolah-olah Allah Mengatakan “anggapan kamu seperti itu jauh dari kebenaran” kelak kamu akan mengetahui artinya Nanti mereka akan mengetahui keadaan yang sebenarnya pada hari kiamat yang selalu mereka ingkari dan pertanyakan itu.
Sebaiknya mereka jangan memperolok-olokan dan mempertanyakan karena mereka kelak pasti akan mengetahui keadaan yang sebenarnya. Apa-apa yang mereka ragukan itu pasti akan mereka alami. Pengulangan kalimat كَلَّا سَيَعْلَمُونَ bertujuan untuk menguatkan dan menegaskan. []