TANYA: Maaf, izin bertanya tentang sikap sebaliknya dari sebagian ulama/kaum muslimin yang bersifat keras, terang-terangan membuka kesalahan/penyimpangan orang lain dengan alasan tahdzir. Mohon penjelasan Ustadz. (Yan Gustiana)
Jawaban:
Bismillahirrahmanirrahim..
Sebenarnya, tahdzir sendiri merupakan salah satu ajaran Islam. Al Quran mentahdzir tokoh-tokoh jahat baik pada umat terdahulu dan di masa Rasulullah ﷺ. Baik yang namanya disebut langsung seperti Firaun, Qarun, Hamman, Abu Lahab.
BACA JUGA: Mengkafirkan Orang Sembarangan, Bolehkah?
Rasulullah ﷺ juga mentahdzir baik dengan menyebut orangnya atau dengan tidak menyebut namanya “Janganlah kalian seperti fulan …”
Yang jadi masalah adalah ketika tahdzir dilakukan secara serampangan oleh orang yang tidak memiliki kapasitas dan kepatutan untuk mentahdzir. Akhirnya kesemrawutan terjadi, munculnya Ruwaibidhah (orang yang lemah pikirannya tapi berlagak mengurus urusan orang banyak) atau munculnya ashaghir (orang sedikit ilmunya) yang banyak gayanya.
Masalah perbedaan pendapat fiqih adalah areanya tasamuh (toleran), bukan area tahdzir.. Tidak pernah para imam yang empat atau imam sebelum dan sesudahnya, mentahdzir satu sama lain gara-gara perbedaan fiqih ..
Tahdzir pada area fiqih menunjukkan buruknya adab dan sekaligus kurangnya wawasan dalam fiqih itu sendiri, sebagaimana yang dikatakan para ulama:
من لم يعرف اختلاف الفقهاء لم تشم رائحة الفقه
“Siapa yang tidak mengetahui perbedaan pendapat para ulama fiqih maka dia belum mencium aroma fiqih”
Jika aromanya belum mampu diciumnya, bagaimana dengan fiqihnya? Semakin jauh..
Imam As Subki berkata:
فَإِن الْمَرْء إِذا لم يعرف علم الْخلاف والمأخذ لَا يكون فَقِيها إِلَى أَن يلج الْجمل فِي سم الْخياط
Sesungguhnya, seseorang jika tidak mengetahui ilmu yang diperselisihkan para ulama dan sumber pengambilannya, maka dia tidak akan pernah menjadi seorang ahli fiqih sampai unta masuk lubang jarum sekali pun. (Thabaqat Asy Syafi’iyah Al Kubra, 1/319)
BACA JUGA: Jangan Sembarangan Mengkafirkan Orang Lain!
Unta masuk lubang jarum adalah kiasan dari hal yang mustahil. Maka mustahil menjadi ahli ilmu jika dia tidak paham area perbedaan pendapat ulama.
Orang-orang seperti ini lebih banyak mendatangkan bahaya bagi agama dan umat, dia hanya akan disukai oleh orang-orang sepertinya saja namun menjadi bahan tertawaan para ahli ilmu.. maka menjauhi mereka adalah jalan terbaik agar teriakan dan kegaduhan mereka sunyi dan menghilang.
Demikian. Wallahu A’lam.
Jawaban oleh: Ustadz Farid Nu’man