KETIKA ada orang yang hendak meninggal atau dalam kondisi sakaratul maut, disarankan agar ditalqin oleh mereka yang ada di sekitarnya.
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan,
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه
Lakukanlah talqin untuk orang yag mau meninggal di tengah kalian, agar mengucapkan “laa ilaaha illallaah.” (HR. Muslim 2162, Nasai 1837 dan yang lainnya).
BACA JUGA: Setan Hadir pada Saat Manusia Sekarat
Inti dari talqin adalah mengajak orang untuk kembali kepada tauhid yang benar. Karena itu, talqin juga bisa saja dilakukan untuk orang non muslim. Bukan sebatas mengucapkan laa ilaaha illallaah tapi talqin juga sebagai ajakan untuk bersyahadat dan masuk Islam.
Tujuan disyariatkan talqin kepada yang sedang sekarat adalah agar kalimat terakhir yang terucap dari mayit adalah kalimat laa ilaaha illallaah.
Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Siapa yang kalimat terakhirnya laa ilaaha illallaah maka akan masuk surga.” (HR. Ahmad 22684, Abu Daud 3118 dan yang lainnya).
Salah satu hal yang hendaknya diperhatikan ketika metalqin mayit adalah sosok yang melakukan talqin. Orang yang mentalqin seharusnya orang yang dicintai mayit atau yang dipercaya mayit
Misalnya, istri atau suaminya, anaknya, orang tuanya, saudara dekatnya, keponakannya, atau yang lainnya. Hal ini bertujuann agar calon mayit semakin yakin bahwa yang disampaikan orang ini adalah kebaikan.
Karena perlu kita ketahui, terkadang setan datang menggoda manusia di akhir hayatnya, untuk menyesatkan mereka. Setan bisa datang dengan menampakkan diri seperti kerabat atau orang tuanya.
Abdullah putra Imam Ahmad menceritakan,
Saya menghadiri proses kematian ayahku, Ahmad. Beliau terkadang pingsan, terkadang siuman. Tiba-tiba beliau berisyarat dengan tangannya, “Tidak, tidak benar…. Tidak, tidak benar….” Beliau lakukan ini berkali-kali.
BACA JUGA: Saat Sekarat, Manusia Berharap Kembali ke Dunia
Ketika sadar, aku tanya kepada beliau, “Apa yang terjadi pada ayah?” Jawab Imam Ahmad,
إن الشيطان قائم بحذائي عاض على أنامله ، يقول : يا أحمد فتني ، وأنا أقول : لا بعد ، لا بعد
Sesungguhnya setan berdiri di sampingku, sambil menggigit jariya, lalu dia mengatakan, “Ya Ahmad, aku tidak bisa menyesatkanmu.” Lalu aku jawab, “Tidak… tidak benar.”. (al-Qiyamah as-Sughra, hlm 16). []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH