CINA—Muslim Cina yang berangkat haji tahun 2018 ini diharuskan mengenakan perangkat khusus. Menurut laporan, perangkat ini memungkinkan pemerintah Cina untuk melacak posisi para jemaah haji selama perjalanan. Namun langkah konroversial pemerintah Cina ini telah dikritik oleh aktivis hak asasi manusia.
“Ini adalah cara lain untuk menganiaya Muslim yang menjalankan ibadah. Pemerintah Cina menyarankan bahwa mereka perlu dipantau lebih seperti tersangka kriminal atau orang yang menjalani hukuman penjara,” kata Eva Pils, pakar hak asasi manusia China di King’s College London, kepada The Wall Street Journal.
BACA JUGA: Beda Negara, Beda Pula Perayaan Idul Adha-nya
Perangkat itu datang ke publik setelah Asosiasi Islam China menerbitkan foto-foto Muslim Cina di bandara Beijing yang berangkat ke Mekah dalam beberapa hari terakhir dengan menggunakan “kartu pintar” yang ada di leher mereka.
Perangkat, yang termasuk pelacak GPS dan data pribadi, dirancang untuk memastikan keselamatan pemakainya, menurut asosiasi.
Global Times yang dikelola negara menyoroti penggunaan perangkat pelacak ini pada Selasa (31/7/2018). Global Times mengatakan bahwa perangkat ini digunakan oleh kurang dari sepertiga dari 11.500 Muslim Cina yang menunaikan haji.
“Mereka (pemerintah Cina) terus melakukan uji coba, mungkin akan terus mengembangkannya,” kata Adrian Zenz, seorang dosen di Sekolah Kebudayaan dan Teologi Eropa yang mempelajari kebijakan China untuk Muslim dan Tibet.
BACA JUGA: Hapus ‘Arabisasi,’ Pemerintah Ningxia Ganti Logo Halal dengan Tulisan Cina
Ma Lijun, perwakilan hukum bagi produsen perangkat, Beijing Fengjiang Technology Co, mengatakan tidak jelas apakah kartu akan digunakan secara lebih luas di masa depan atau tidak.
“Itu tergantung Asosiasi Islam China yang memutuskan,” kata Ma.
Cina secara rutin menindak warga Muslim – sebagian besar dari mereka berasal dari kelompok etnis Uighur Turki, terutama yang berbasis di provinsi Xinjiang. []
SUMBER: ABOUTISLAM