JAKARTA – Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah dr Muhammad Imran menjelaskan perihal penurunan jumlah kunjungan dan perawatan pasien di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah pada 2019.
Imran mengatakan, pada tahun 2019 mengalami penurunan jika dibandingkan pada masa pelaksanaan ibadah haji yang sama tahun lalu. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat penurunan sebesar 20 persen.
“Jadi kalau kita bandingkan dengan tahun lalu, ada penurunan jumlah kunjungan maupun jumlah yang dirawat di KKHI. Penurunan ini sekitar 20 persen. Jadi alhamdulillah jamaah haji tahun ini kondisinya kesehatannya lebih baik,” ujar Imran, pada Selasa (23/7/2019).
Menurut Imran, penurunan ini tidak lepas dari faktor status kesehatan jamaah haji dan juga peranan petugas di kelompok terbang (kloter) dan nonkloter. Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) pada Ahad (21/7) pukul 00.00 waktu setempat, KKHI Makkah sudah melayani 76 jamaah haji.
Sebanyak 61 orang di antaranya sudah dipulangkan kembali ke kloternya, sementara 15 orang lainnya masih menjalani rawat inap. Sedangkan jamaah haji Indonesia yang masih dirawat inap di RS Arab Saudi sampai dengan saat ini ada 21 orang.
Ada perbedaan kasus atau penyakit yang terjadi di kloter, KKHI Makkah dan RS Arab Saudi. Kasus terbanyak yang terjadi di kloter dan paling sering dikeluhkan jamaah ialah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Sementara yang banyak dilayani di KKHI Makkah adalah jemaah dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan demensia. Sedikit berbeda dengan di RS Arab Saudi yang banyak menangani kasus pneumonia dan jantung.
Imran menjelaskan penetapan istithaah kesehatan yang sudah dimulai dari tanah air menjadi salah satu penyumbang penurunan jumlah jamaah yang dirawat.
Sebelum jamaah haji berangkat sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kesehatan dan kebugarannya. Petugas kesehatan di daerah juga beberapa kali melakukan pembinaan dalam bentuk penyuluhan dan konsultasi kesehatan kepada jamaah.
Dengan demikian jamaah tidak hanya menyadari pentingnya kesehatannya tapi juga memiliki bekal pengetahuan dan wawasan akan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat utamanya selama berada di Arab Saudi.
“Ini sudah dibekali sejak di tanah air. Kemudian mereka berangkat ke Arab Saudi walaupun dengan jamaah yang tergolong risiko tinggi lebih dari 60 persen, setibanya di arab saudi, mereka sudah menggunakan alat pelindung diri,” kata dia.
Faktor lainnya, lanjut Imran, yaitu dari sisi petugas dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan yang terus dilakukan hingga di Arab Saudi. Imbauan-imbauan untuk menjaga kesehatan sering digaungkan dan selalu disampaikan sejak kedatangan jamaah di bandara hingga ke pondokan atau hotel tempat jamaah menginap. []
SUMBER:IHRAM.CO.ID