Oleh: Sarah Ismi Kamilah
Alumni S1 Fisika ITB, Penulis adalah Ibu Rumah Tangga
SOBAT, gak terasa ya sekarang kita sudah di tahun yang baru, tahun 2018. Nah, biar hidup yang kita jalanin ini gak gitu-gitu aja alias bisa lebih berarti, yuk kita buat hidup kita bermakna dengan membuat hal-hal yang ingin kita capai di tahun ini. Capaian-capaian ini nama kerennya resolusi, sob.
Kebanyakan remaja jaman now memilih punya pacar baru yang keren, jalan-jalan keluar negeri atahu punya gadget baru yang canggih sebagai beberapa capaian yang dibuat di resolusinya. Tapi pertanyaan besarnya, emang harus ya kita menjadi remaja yang memiliki resolusi kayak gitu?
Nah, biar kita tahu gimana resolusi yang harusnya kita buat, pertama kita harus tahu dan paham banget tujuan kita, sob. Siapapun pastilah butuh kejelasan hidup ini mau berjalan ke arah mana, apa yang akan didapati bila sudah sampai tujuan, bekal apa yang dibutuhkan agar perjalanan menyenangkan dan selamat, termasuk kita nih para remaja.
Nah, untuk mencari jawaban ke mana kita akan berjalan harus kita kembalikan kepada yang menciptakan kita. Apa maksudnya Allah SWT menciptakan manusia? Jawabannya ada dalam firman Allah, “Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada Ku.”(TQS. Aa-Dzariyat: 56).
Jadi maksud penciptaan kita-kita nih ya ternyata adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Sobat, tahu gak sih ibadah ntu sebagai bukti terima kasih kita kepada Allah SWT, kita nih hamba Allah SWT yang amat lemah, serba kekurangan dan sangat-sangat membutuhkan Allah SWT.
Nggak layak bin nggak pantas untuk sombong apalagi ngebangkang kepadaNya. Soalnya, bila kita ibaratkan televisi sebagai suatu produk dengan merk tertentu, pabrik yang memproduksinya lah yang mampu membuat petunjuk operasi yang sesuai.
Nggak mungkin kan kita justru menggunakan petunjuk operasi merk lain, karena dijamin nggak akan nyambung. Yang ada televisi tersebut rusak dan tidak dapat digunakan.
Nah, gitu juga dengan merk produk yang namanya ‘Manusia’. Kita ini keluaran pabrik yang dimiliki oleh Allah SWT, jadi pengoperasian aktivitas kita, ya Allah SWT lah yang tahu, dengan panduan yang disebut Al-Quran dan Sunnah
Allah SWT pun menyindir kita dengan pertanyaan dalam firmanNya:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mukminun: 115).
Hayo loh, emang nggak takut kalo Allah SWT akhirnya marah sama kita? Kita aja takut banget kalau emak, bapak atau guru marah sama kita. Kita takut nggak dapet uang jajan atau nggak dapet nilai bagus. Kalo Allah SWT marah, bisa-bisa Allah SWT nggak ngasih berkah untuk hidup kita. Mau jadi apa kita nanti? Hiks, hiks.
Nah karena itu sobat, sejatinya sebagai remaja muslim, capaian yang kita buat dalam resolusi ini haruslah hal-hal yang menghantarkan diri kita untuk semakin diridhai Allah. Iya ga? Coba kita pikir lagi aja, Allah loh yang telah memberikan kehidupan untuk kita dengan berbagai kenikmatan yang tidak terkira.
Dan tahu ga sob, Ibadahdalam surat Adz-Dzariyat ayat 56, bukan sekedar shalat-puasa-haji. Ini masih terlalu sempit dan masih sebagian kecil dari makna ibadah yang dimaksudkan. Ibadah yang dimaksudkan adalah ketundukkan kepada Allah SWT dengan penuh rasa cinta, pengagungan dengan melaksanakan seluruh perintahNya dan menjauhi seluruh laranganNya berdasar buku petunjuk yang dikeluarkan oleh Allah SWT Azza wa Jalla berupa syariat-syariat yang tertuang dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang dibawa oleh utusanNya (Nabi Muhammad Rasulullah SAW).
Ketika Allah SWT menciptakan kita, Dia tidak menelantarkan kita dengan membiarkan kita tanpa pedoman juga aturan yang membuat kita seperti anak hilang yang tak tahu jalan pulang. Tapi justru kita diberi pedoman dan aturan yang begitu lengkap dan sempurna sehingga kita tidak akan bingung dan bimbang menjalani kehidupan ini jika kita mengikuti segala petunjuk dan rambu-rambu yang Allah SWT berikan.
Ibarat perjalanan, kita sudah ditunjukkan jalan mana yang harus kita pilih untuk selamat dunia dan menghantarkan kita ke surga –al-jannah suatu tempat yang sangat indah dan menyenangkan. Allah SWT melalui panduan hidup yang diberikanNya, sudah nunjukkin kapan kita harus belok, dan apa yang harus kita lakukan jika ada di jalan mendaki dan tikungan tajam agar tetap berjalan dengan selamat dan sampai tujuan.
Bahkan, Allah SWT pun telah memberikan gambaran kepada kita terhadap kemungkinan apa saja yang dapat terjadi jika kita melanggar rambu-rambu tersebut, dengan maksud agar kita lebih berhati-hati untuk tidak melakukannya. Coba, kurang apa lagi kasih sayang Allah SWT kepada kita?
Tapi sayangnya, nggak banyak remaja yang paham dan ngeh dengan kasih sayang Allah SWT ini. Lihat saja, banyak remaja yang menganggap aturan Allah SWT itu justru membuat hidup mereka susah seabrek dengan aturanNya. Mereka merasa terkekang, dan tak merasakan kebebasan hidup, bahkan ada juga yang malah phobi sama agamanya sendiri. Akhirnya mereka tidak menjadikan Islam sebagai cara pandang hidup (way of life) mereka. Padahal dengan menjadikan Islam sebagai way of life membuat hidup kita lebih bermakna.
Capaian-capaian yang kita buat dalam resolusi 2018 ini pun akan menghantarkan diri kita untuk semakin diridhai Allah. Karena insyaAllah kita menjadikan Islam sebagai landasan capaian-capaian yang hendak kita raih, sob. Misalnya kita buat resolusi 2018 ini menjadi anak shalih shalihah dengan membantu orang tua, shalat dhuha dan tahajud plus mengkaji islam dirutinkan, juara kelas 3 besar, membantu orang lain yang kesusahan, dan lain sebagainya, sob. Kece kan?
Dan kalau kita telisik lebih dalam lagi, Islam adalah agama yang ngertiin banget kita para remaja, karena cuma Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Gimana ngga? Kita manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT, Dzat yang juga menurunkan Islam sebagai aturan hidup kita. So pasti aturan Islam bakalan klop banget deh dengan kehidupan kita para remaja, karena Allah lah yang paling tahu tentang kita.
Karenanya, dapat dipastikan bagi siapa saja remaja yang mampu hidup dalam ketaatan kepada Allah dan rasulNya, berarti doi telah menjadi manusia yang seutuhnya. Karena ketaatan itu sejatinya adalah sebuah kebutuhan buat kita manusia yang menyandarkan seluruh hidupnya kepada Allaah Swt. Sekaligus menjadi harga mati untuk bisa “enjoy” hidup di dunia. Namanya harga mati, berarti mutlak kudu kita pilih. Karena ngga ada pilihan lain yang lebih baik untuk kita pilih.
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan yang lain bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (TQS. Al-ahzab: 36)
Ketaatan ini pula yang bakal membuat para remaja percaya diri dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan jebakan dan tipuan melenakan. Ketaatan kita pada seluruh aturan dari Allah, akan membuat kita mengerti benar tentang tujuan penciptaan kita di dunia ini. Sehingga kita pun paham betul terhadap apa yang mesti dilakukan untuk merealisasikan tujuan tersebut, dan tanpa ragu menolak segala bujuk rayu syaithan untuk menghianati Allah Sang pencipta kita.
Remaja yang taat dengan perintah Allah untuk menutup auratnya, akan PD untuk menggunakan kerudung dan jilbab syar’i kemana pun ia pergi karena yakin bahwa ini akan mendatangkan pahala yang seabrek untuknya.
Sob, remaja semacam ini pulalah yang jadi dambaan setiap orang tua. Ketaatan menghantarkan remaja untuk menjadi “qurota’ayun” buat orang tuanya. Dengan berbekal tekad kuat membaja untuk membahagiakan kedua orang tuanya, remaja yang taat akan mengerahkan segala potensi yang ia miliki untuk menjadi remaja yang berprestasi, sukses dunia akhirat hingga menjadi manusia unggulan yang merupakan aset bagi umat dan Islam.
Sikap bakti dan taatnya akan sanggup melunturkan bahkan menghilangkan semua “kelelahan, keletihan, serta kepenatan” yang dirasakan oleh orang tuanya saat membesarkan dan mendidiknya menjadi seorang manusia yang berguna.
Bahkan remaja yang seperti ini akan menjadi investasi tak ternilai harganya bagi orang tuanya kelak di akhirat. Subhanallah buanget, kan?
Ketaatan membuat remaja merasakan manisnya iman dan cinta karena Allah SWT, yang membuatnya senantiasa merindukan surga yang bertahtakan seluruh kenikmatan bahkan yang tak pernah terbayangan oleh mata dan pikiran selama di dunia.
Bahkan kejadian meninggalnya seorang mahasiswi saat ia sedang melafalkan hapalan Al-Quran di depan ayahnya, dengan kondisi sedang shaum dan usai melaksanakan ibadah shalat malam dan subuh, menjadikan kematiannya insyaAllah akhir yang baik (husnul khatimah).
Capaian ini menjadi sesuatu yang hebat saat kita berkaca pada Islam. Berbeda saat standar yang kita gunakannya hanyalah dunia semata. Hal tadi mungkin menjadi hal biasa saja yang tidak terlalu berarti. Padahal kebahagiaan dunia hanyalah kebahagiaan semu yang nantinya akan hilang. Berbeda saat kita berusaha mengejar ridha Allah, amalan yang kita lakukan akan menghantarkan kita pada kebahagiaan hakiki.
Jadi, yuk sobat remaja, capai kebahagiaan hakiki dengan menjadikan Islam sebagai standar dalam membuat resolusi kita di tahun 2018 ini. Ok. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.