Sabar merupakan penjelmaan dari makna menahan diri dari keluh kesah, menahan anggota tubuh dari hal yang syubhat, serta hal yang sia-sia sekalipun.
Adapun, perwujudannya, sebagian ulama menafsirkan sabar sebagai salah satu akhlak mulia yang dimiliki seseorang untuk mencegah diri dari perbuatan yang tidak patut serta melalaikan diri.
Penting untuk dipahami baik-baik, bahwa sejatinya sabar merupakan salah satu kekuatan jiwa, dimana dengan kesabaranlah pikiran tertata dan kalbu terurus dengan baik. Nilai sabar di sisiNya pasti akan berbuah amal pahala, dimana saat kesabaran tersebut berada pada titik nadirnya dan diri tetap istiqomah bertahan untukNya. Allah berfirman:
“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46).
Namun, ada satu hal yang perlu kita pertanyakan dalam diri, yakni mampukah kita menjaga akhlak yang baik mana kala tengah dihadapkan oleh ujian? Lantas, seberapa besar porsi kesabaran yang harus kita tuangkan untuk menempati ruang-ruang hati agar terisi dengan akhlak yang mempesona layaknya Rasulullah SAW?
Tentunya, kebanyakan dari kita pasti akan mengelak dan beralasan untuk tidak dapat memungkiri hal ini.
Oleh sebab itu, patut untuk kita sadari agar kesabaran yang kita korbankan tidak bernilai sia-sia. Justru, sebaliknya malah bernilai pahala yang amat besar di sisi Allah, sebagaimana Nabi Ayub AS yang dengan kesabarannya Allah anugerahi kemuliaan dan keberkahan di sisa hidupnya, setelah beberapa tahun di uji dengan cobaan yang begitu berat.
Lalu, hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh seorang hamba dalam bersabar agar tidak bernilai sia-sia? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari Majalah Ummi-Online
Â
1. Sebelum beramal hendaknya kita terlebih dahulu membenarkan niat dan mengikhlaskannya. Hal ini wajib diamalkan agar dapat menjaga diri dari niat yang salah serta mampu bersabar untuk tidak sombong atas amalan yang dikerjakan. Sehingga, adapun amalan yang seseorang lakukan secara sembunyi-sembunyi dapat dipertahankan untuk tidak beralih menjadi amal terang-terangan.
2. Saat beramal dengan bersabar, maka mantapkanlah hati untuk teguh dalam menghadapi godaan, selalu menyertakan niat yang lurus, serta senantiasa menghadirkan hati di hadapan Allah dalam situasi apapun.
3. Setelah beramal dengan hati, lisan, maupun tindakan, maka bersabarlah menghadapi hal-hal yang dapat menggugurkan amal ketaatan. Sehingga, kita tidak dengan mudah terperdaya oleh nafsu sesaat yang hanya akan menjerumuskan kita ke lubang kedzaliman.
Dengan demikian, marilah kita kembali bertafakur bahwasanya Allah SWT telah menjadikan sabar dan takwa sebagai syarat keberuntungan di balik setiap ujian sabar yang diberikanNya kepada kita. Dan, yakini selalu bahwa sejatinya tidak ada satupun kesabaran yang sia-sia, melainkan hanyalah kemenangan ruh, hati, dan akal yang akan Allah hadirkan. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman. Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali Imron: 200).[]