Oleh: Yeti Widiati,
Psikolog; orangtua 3 anak
PARAÂ orangtua muda sekarang, umumnya memiliki anak yang masih berusia paling tua 12 tahun-an. Mereka para orangtua muda ini termasuk kategori gen Y yang dibesarkan pada masa di mana teknologi digital sudah berkembang. Masa di mana kecepatan menjadi primadona, karena semua proses menjadi lebih cepat. Hal instan menjadi lebih menarik, dan ketekunan serta kesabaran kadang dipandang membuang waktu. Kreatif namun juga berpeluang untuk mudah bosan dan kurang tekun.
Berbagai aspek dalam hidup ini pun terimbasi dengan pola kerja teknologi digital yang serba cepat. Perlahan tapi pasti, pun mempengaruhi karakter individu. Ada perubahan-perubahan prioritas yang berkembang berbeda.
Dalam konteks pengasuhan dan pendidikan anak di rumah, saya mengamati dan merasakan pengaruh tersebut. Saya tidak bisa mengatakan bahwa perkembangan teknologi digital adalah buruk. Sebagai media atau alat, maka semuanya seperti pisau bermata dua. Bisa buruk dan bisa baik tergantung dari bagaimana memanfaatkannya.
Orangtua sekarang bisa terinspirasi dan memperoleh ide melalui media sosial dan Youtube. Diskusi parenting juga bisa dilakukan via grup diskusi di FB dan WA. Kelucuan dan kepintaran anak bisa di-share via Instagram. Ceramah dan strategi pendekatan pada anak pun dipelajari via Youtube atau searching berbagai website dan blog pengalaman individu. Bahkan banyak yang memanfaatkan medsos untuk curhat.
Tapi ada hal-hal terkait pengasuhan anak yang tidak bisa dilakukan seperti kita mengoperasikan gawai (gadget). Cara kerja multitasking dan instan yang khas pada gawai tidak bisa digunakan untuk membentuk karakter dan perilaku anak. Tak ada tombol Enter dan Delet pada tubuh anak.
– Tak bisa anak hanya diberi tahu sekali langsung menurut. Karena pembentukan perilaku itu membutuhkan waktu.
– Demikian pula perbaikan perilaku pun membutuhkan waktu tak bisa seperti kita menekan tombol DELETE lalu … hilang semua dan kita bisa memulai dari 0 lagi.
– Tak cukup berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak hanya dengan HP atau Skype. Karena anak juga butuh sentuhan dan didampingi.
– Tak bisa menyerahkan pengasuhan pada Games Elektronik, TV atau Video. Karena anak juga perlu aktivitas bergerak dan berinteraksi dengan lingkungan sosial secara alamiah (bukan via medsos).
Tantangan Gen Y memang cukup besar dalam mengasuh dan mendidik anak. Tapi mereka juga punya potensi yang besar pula untuk mengembangkan diri.
*Gen X mereka yang lahir antara tahun 1960-1980
*Gen Y mereka yang lahir antara tahun 1980-2000