DHAKA—Para pengungsi Rohingya di kamp penampungan Bangladesh menggelar syukuran dan doa bersama atas dibatalkannya pemulangan mereka ke Myanmar.
“Kami berdoa kepada Allah atas keselamatan kami. Doa kami dikabulkan. Kami berterima kasih kepada otoritas bangladesh atas pengertian mereka terhadap posisi kami mengenai repatriasi,” kata Imam Hossain, seorang pengungsi Rohingya.
BACA JUGA: Pengungsi Rohingya di Bangladesh: Kami Tidak akan Pulang!
Seorang pengungsi lain bernama Abdul Hamid juga menyuarakan hal serupa.
“Kami sangat senang pemulangan itu tak terjadi,” ungkapnya.
Berbeda dengan Abdul Malek. Pengungsi Rohingya tersebut, masih berharap bisa pulang karena ingin mengetahui kabar tentang orang tuanya.
“Saya belum bertemu orang tua saya selama lebih dari setahun. Saya ingin bertemu mereka, tapi saya merasa belum cukup aman untuk kembali,” kata Malek.
Malek pun mengaku ingin akan kembali ke Rakhine jika sudah ada jaminan dari pemerintah Myanmar bahwa para pengungsi Rohingya akan diberikan kewarganegaraan.
Selama ini, Rohingya tidak pernah dianggap sebagai warga negara meski sudah tinggal selama beberapa generasi di Myanmar. Mereka bahkan menjadi sasaran persekusi warga Myanmar. Warga Rohingya menjadi korban kebrutalan militer Myanmar, mulai dari rudapaksa, pembunuhan, hingga pembakaran rumah.
BACA JUGA: Meski Dikecam PBB, Myanmar Siap Sambut Muslim Rohingya
Gelombang kekerasan terbaru pecah pada Agustus 2017 lalu. Bentrokan yang melibatkan militer Myanmar itu merenggut setidaknya 1.000 nyawa dan memaksa 720 ribu orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk berlindung.
Myanmar dan Bangladesh telah meneken kesepakatan untuk memulangkan Rohingya. Namun, badan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai, kondisi Rakhine di Myanmar, belum kondusif untuk menerima Rohingya kembali. []
SUMBER: AFP