DELI SERDANG–Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) bernama Nurul Halizah (19) asal Kabupaten Deli Serdang tak mampu menanggung biaya bayi yang dirawat disebuah rumah sakit Malaysia yang mencapai lebih dari Rp.200 juta. Karenanya, ia mengharapkan uluran tangan Pemerintah Indonesia dan dermawan untuk membantunya.
Hal itu, disampaikan orang tua Nurul, Suwaldi (52) dan istrinya Suhena (51), saat disambangi wartawan di rumah mereka Jalan Satria Dusun II, Desa Mekar Sari, Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (23/7/2019).
BACA JUGA: 10 Tahun Hilang Kontak, Ditemukan Berlumuran Darah, TKW Asal Cianjur Ini Akhirnya Bisa Pulang
Suhena bercerita nasib dialami cucu pertamanya, yang lahir prematur dan harus menggunakan alat bantu untuk asupan gizi melalui selang disambungkan ke hidung bayi berusia 5 bulan itu. Kondisi itu, membuat biaya medis membengkak mencapai ratusan juta rupiah.
“Rp206.500.000 biaya harus dibayarkan, saya harapkan Pemerintah dan ada dermawan mau membantu biaya pengobatan cucu saya ini,” ungkap Suhena.
Nurul menikah dengan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Khairul Akbar (25), yang juga sedang bekerja di Malaysia. Mereka menikah pada awal 2018 di negara serumpun itu.
Suhena menjelaskan, putrinya tersebut bekerja di sebuah rumah di kawasan Selangor Malaysia, kemudian hamil. Tak lama menikah, Nurul hamil dan akan memutuskan melahirkan di kampung halamannya. Kemudian, usia kandungnya 6 bulan Nurul meminta untuk pulang ke Indonesia.
Namun, dalam perjalanan menuju bandara Nurul, Maret 2019, sempat mengalami pendarahan hebat dan dilarikan ke sebuah klinik di kawasan Selangor Malaysia. Karena keterbatasan peralatan, Nurul pun akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Serdang Hospital di Kajang Selangor Malaysia.
“Rencananya mau melahirkan di Delitua. Anak Saya minta ke agen agar pulang ke Indonesia, tapi tak kunjung direalisasikan. Pernah anak saya dan suaminya sudah berada di bandara, karena akan dijanjikan balik ke Indonesia. Tapi agen tak kunjung datang, mereka akhirnya menginap di hotel bandara dengan biaya sendiri,” tutur Suhena sembari mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
BACA JUGA: DPR: Aturan Turunan UU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Mendesak Diperlukan
Faktor kemiskinan membuat Suhena dan keluarganya tidak mampu menanggung biaya perobatan tersebut. Untuk kehidupan sehari-hari ia berjualan kue. Sedangkan, suaminya sebagai driver ojek online.
“Saya cuma jual kue basah dek. Bapak (suami) kerja Grab sepeda motor. Saya sedih, ini cucu pertama saya. Ya Allah, bantulah kami agar saya bisa dipertemukan dengan anak cucu saya,” tutur Suhena.
Sementara itu, Suwaldi (52), ayah Nurul Halizah pun meminta hal yang sama. Dia berharap ada seseorang yang meringankan tangan untuk membantu membayar biaya persalinan anak ketiganya, agar dia bisa bertemu secepatnya dengan cucu pertamanya yang lahir secara prematur tersebut.
“Kalau air mata udah habis nak. Enggak tau lagi mau bagaimana. Di mana lah kami dapat uang sebanyak itu?” ungkap Suwaldi.
Untuk memantau kondisi cucunya tersebut, Suwaldi berhubungan melalui video call. Ia mengatakan, sering menangis melihat kondisi bayi berjenis kelamin laki-laki itu.
“Kami berharap Pemerintah, Bapak Bupati Deli serdang, Gubernur Sumatera Utara, serta Presiden Republik Indonesia, dapat membantu biaya perawatan cucu pertama saya, agar dapat dipulangkan ke Indonesia saja dan dirawat di rumah sakit sini saja,” papar Suwaldi. []
SUMBER: VIVA