MANTAN Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan telah meninggal pada usia 80 tahun, Sabtu (18/8/2018). Annan adalah orang Afrika kulit hitam pertama yang berhasil berada di posisi puncak PBB.
Yayasan Annan telah mengumumkan kematian Kofi Annan di Swiss pada Sabtu dalam sebuah tweet. Yayasan mengatakan Annan meninggal akibat penyakit yang telah lama ia derita.
“Di mana ada penderitaan atau kebutuhan, ia (Annan) selalu siap mengulurkan tangan dan menyentuh banyak orang dengan belas kasih dan empati yang mendalam,” kata yayasan itu.
BACA JUGA: Tutup Usia, Inilah Jejak Karier Kofi Annan Hingga Sampai di PBB
Annan menghabiskan hampir seluruh kariernya sebagai administrator di PBB. Dia menjabat dua periode dari 1 Januari 1997 hingga 31 Desember 2006, ditutup hampir pertengahan ketika dia dan PBB secara bersama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2001.
“Kofi Annan adalah kekuatan penuntun untuk kebaikan,” kata Sekretaris Jenderal PBB saat ini, Antonio Guterres.
“Ini adalah kesedihan mendalam yang saya pelajari dari kematiannya. Dalam banyak hal, Kofi Annan adalah PBB. Dia naik pangkat untuk memimpin organisasi ke milenium baru dengan martabat dan tekad yang tak tertandingi,” tambah Guterres.
Annan mengambil posisi puncak PBB enam tahun setelah runtuhnya Uni Soviet dan memimpin selama satu dasawarsa ketika dunia bersatu melawan terorisme setelah serangan 11 September – kemudian muncullah invasi AS terhadap Irak. Hubungan AS menguji dia sebagai pemimpin diplomatik dunia.
‘Momen tergelap’
“Saya pikir momen tergelap saya adalah perang Irak dan fakta bahwa kami tidak dapat menghentikannya,” kata Annan dalam wawancara pada bulan Februari 2013 dengan majalah TIME untuk menandai penerbitan memoarnya, “Intervensi: Kehidupan dalam Perang dan Damai.”
BACA JUGA: Kekeringan dan Langka Air, Irak Larang Petani Tanam Padi, Gandum, dan Jagung
“Saya bekerja sangat keras. Saya berkali-kali bekerja dengan telepon, berbicara dengan para pemimpin di seluruh dunia. AS tidak memiliki dukungan di Dewan Keamanan,” kenang Annan dalam wawancara direkam di situs web The Kofi Annan Foundation.
“Jadi mereka memutuskan untuk pergi tanpa dewan. Tapi saya pikir dewan itu benar dalam tidak menyetujui perang. Bisakah Anda bayangkan jika PBB telah mendukung perang di Irak, seperti apa reputasi kita? Walaupun pada saat itu, Presiden (George W.) Bush mengatakan PBB menuju ke arah yang tidak relevan, karena kami tidak mendukung perang. Tapi sekarang kita tahu lebih baik,” ungkap Annan.
Meskipun memiliki keterampilan diplomatiknya cukup baik, Annan tidak pernah takut untuk berbicara secara terbuka, khususnya dalam kasus pemerintahan Bush. Sebagian besar masa jabatan keduanya dihabiskan berselisih dengan Amerika Serikat, kontributor terbesar PBB, ketika ia mencoba mendesak negara untuk membayar tunggakan hampir 2 miliar dolar.
Tepat sebelum menjadi sekretaris jenderal, Annan menjabat sebagai kepala penjaga perdamaian PBB dan sebagai utusan khusus untuk bekas Yugoslavia, di mana ia mengawasi transisi di Bosnia dari pasukan pelindung PBB ke pasukan pimpinan NATO.
Operasi penjaga perdamaian PBB menghadapi dua kegagalan terbesarn selama masa jabatan Annan: genosida Rwanda pada tahun 1994 dan pembantaian di kota Bosnia Srebrenica pada Juli 1995. []
SUMBER: ALARABY