SETIAP orang tergantung dengan kondisi hatinya masing-masing. Pasalnya, hati lah yang bisa menggerakkan seseorang untuk berbuat baik maupun berbuat buruk. Adapun seseorang yang memiliki hati yang mati, ia akan cenderung mendahulukan kepentingan pribadinya dan syahwatnya daripada urusan ketaatan dan cinta kepada sang pencipta. Allah SWT berfirman,
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً
”Sudahkan engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?” (QS. Al-Furqan: 43)
BACA JUGA: Kebaikan Bagi Mereka yang Saling Menasihati
Ibn ‘Athaillah as-Sakandari menyampaikan kalam hikmah dalam kitabnya Al-Hikam bahwa di antara tanda-tanda hati mati adalah tidak ada kesedihan atas ketaatan yang terlewatkan dan tidak adanya penyesalan atas adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Kedua tanda tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya nilai-nilai keimanan yang tertanam kokoh dalam hatinya.
Seharusnya hati mampu merasakan setiap hal yang mendatangkan keridhaan Allah SWT, sehingga membuatnya bahagia. Sementara hati yang mati merasakan ketaatan dan murka Tuhan sama saja. Ketaatan tidak membuatnya bahagia, maksiat tidak membuatnya gundah gulana. Keduanya tidak ada perbedaan yang signifikan. Dalam konteks ini Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang kebaikannya membuatnya bahagia dan keburukannya membuatnya sedih, maka ia seorang mukmin (yang sempurna.”
Begitu pula dengan hati yang mati, ia tidak mengenal perasaaan yang menyesal sebab kesalahan yang telah diperbuat. Ia menganggapnya hal biasa dan tetap biasa dilakukan kembali di lain waktu. Hati yang mati tidak mengenal indahnya hari-hari dengan ketaatan, melainkan ia menilainya sama saja antara kebaikan dan keburukan.
BACA JUGA: Hati-Hati, 4 Hal Ini Bisa Merusak Hati
Adapun orang yang hatinya sakit, dia selalu mengikuti keburukan dengan keburukan juga. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, ”Itu adalah dosa di atas dosa sehingga membuat hati menjadi buta, lalu mati.” Sementara hati yang sehat selalu mengikuti keburukan dengan kebaikan dan mengikuti dosa dengan taubat. Dalam kitabNya, Allah menyebutkan:
“Sesungguhnya orang-orang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).” (QS. Al-A’raf: 201). []