ORANG ini bukan ahli ibadah. Bahkan tak ada sedikitpun kebaikan yang dilakukannya. Hanya saja, dia suka memberi pinjaman uang kepada orang lain. Demikian hari itu Rasulullah saw memulai kisahnya.
Menyadari dirinya yang miskin dari ibadah dan kebaikan meskipun kaya harta, begini orang ini berpesan kepada debt collector kepercayaannya, “Ambillah tagihan sesuai kemampuannya. Bila kesulitan membayar, biarkan dan maafkan saja. Mudah-mudahan dengan cara itu, Allah pun memaafkan kita.”
BACA JUGA: Harga Surga
Begitulah setiap orang yang berhutang kepadanya diperlakukan. Sampailah pada suatu hari, sang kaya raya pemberi pinjaman ini meninggal dunia.
“Allah bertanya kepada orang ini,” Rasulullah melanjutkan kisahnya.
“Apakah kamu dulu di dunia melakukan kebaikan, satu saja? Demikian pertanyaan Allah kepada orang ini”.
“Tidak ada, Ya Allah. Hanya saja aku punya seorang hamba sahaya dan aku suka meminjamkan uang kepada orang lain. Jika hamba sahaya ini aku suruh menagih hutang, aku katakan katakan kepadanya, tagihlah sesuai kemampuannya. Bila kesulitan membayar, biarkan dan maafkan saja”.
Dengan penuh harap lelaki kaya itu memaparkan satu-satunya kebaikan yang dia pertaruhkan di hadapan Allah swt.
“Dengan cara itu, kami berharap Allah mengampuni segala keburukan kami,” pungkas lelaki ini.
BACA JUGA: Mengapa Engkau Keluarkan Kami dari Surga?
Bagaimanakah Allah menilai dan menyikapi orang ini? Akan harapannya terpenuhi.
Lalu Nabi menutup kisahnya, ”Allah berkata kepada orang itu: ‘sungguh, Aku telah memaafkanmu’.
Bila maaf dari Allah telah didapat, surgalah balasan seindah-indahnya tempat. []
K.H. Marfu Muhyiddin Ilyas, MA
A’wan PCNU Kabupaten Purwakarta Jawa Barat
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi Muhajirin
IG: @guru4ngaji