Oleh: Herri Mulyono
herrimulyono@gmail.com
SIANG tadi cuaca sangat cerah, namun tidak secerah suasana hati saya. Sepanjang jalan saya hanya bergumam, “Mengapa saya jahat? mengapa kini saya jahat?”
Entahlah. Pikiran saya hanya melaju kembali di ruang ATM pagi tadi. Saya tengah sibuk menekan tombol-tombol di mesin itu. Seketika lelaki separuhbaya menyela dan meminta bantuan. Katanya, ia kesulitan untuk mengambil uang di mesin ATM. “Saya tidak bias menggunakan kartu ini, bias minta tolong?” ujarnya.
Entah mengapa pikiran kok menjadi takut, negatif thinking. Semua yang ada dalam pikiran hanyalah “jangan-jangan dia mau menipu”, “awas dia mau menghipnosis” dan lain sebagainya.
Segera saya katakan pada lelaki itu menunggu sesaat sampai urusan saya selesai. Setelah itu saya berjanji akan membantunya melakukan tarik tunai di mesin uang itu.
Segera saya selesaikan urusan saya di mesin tunai itu. Sayangnya, sesaat setelah itu, saya hanya sedikit membantunya. Saya hanya bias membantu lelaki itu sekadar memasukkan kartu miliknya ke dalam slot mesin ATM, lalu memintanya memasukkan pin. Belum selesai ia melakukannya, saya segera bergegas meninggalkan ruangan kecil itu. Yang saya pikirkan waktu itu, biar nanti saya panggilkan Pak Security buat menolongnya.
Saya pergi tergesa-gesa. Pikiran saya hanya diliputi rasa takut ditipu, khawatir kalau-kalau lelaki itu berniat menjahati saya dan pikiran buruk lainnya. Tidak ada satupun pikiran positif yang saya sematkan kepada lelaki paruh baya itu.
Sepanjang masa di ruangan kecil ber AC itu saya hanya melihat lelaki separuhbaya, yang sedang meminta tolong tadi, adalah orang jahat, dengan segudang niat terhadap saya. Walaupun semua itu mungkin hanya pikiran saya saja.
Imajinasi yang terbentuk dari ratusan berita kriminalitas yang di bagi oleh teman-teman di dinding Facebook saya.
Satu dua hari berita itu dibagikan, dan saya menikmatinya seperti gorengan yang renyah. Seminggu, sebulan dan bertahun-tahun saya terima dan telan berita-berita menakutkan itu utuh-utuh. Akhirnya ribuan berita kriminal itu mengendap di pikiran dan mengeraskan hati saya.
Dan kini, berita-berita itulah yang mentransformasi saya menjadi orang jahat. Iya, orang jahat. Yang menjahati orang lain dengan pikiran-pikiran saya yang begitu negatif, dan mungkin juga kotor. Saya katakan “Jahat” karena perilaku saya yang menghardik seseorang yang dating sekadar untuk meminta tolong. Benar-benar meminta tolong. Jangankan mengulurkan tangan, berempati saja terasa sulit. Semua yang ada hanyalah “orang jahat”.
Kejahatan memang selalu ada, kapanpun dan dimanapun. Tapi, percayalah bahwa Allah akan selalu bersamakan orang-orang yang mempunyai hati baik dan mulia dimanapun mereka berada. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.