KALIMAT takbir sudah tidak asing lagi bagi kita. Dalam waktu-waktu tertentu kalimat tersebut selalu ada di sekitar kita. Terutama di saat adzan berkumandang dan dalam pelaksanaan shalat.
Kita pun sudah terbiasa mendengar dan melafalkannya. Tetapi, alangkah lebih baik jika kalimat tersebut selalu kita lafalkan di setiap waktu. Mengapa? Sebab, kalimat takbir ini memiliki keutamaan tersendiri. Apakah itu?
Bacaan takbir, yakni Allahu Akbar, melambangkan keagungan dan kemahabesaran Allah SWT. Ketika takbir telah terucap lantang, semua menjadi kecil. Semuanya, tanpa terkecuali. Bacaan Allahu Akbar juga, seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa memiliki keutamaan, sebagaimana kisah Ali dan Fatimah yang meminta pembantu, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
BACA JUGA: Takbiran di Malam Idul Fitri, Adakah Tuntunannya?
Adapun takbir dibaca 33 kali bersama tasbih, tahmid dan tahlil usai mengerjakan shalat lima waktu. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim, akan membersihkan dosa-dosa walaupun sebanyak buih di lautan.
Takbir juga merupakan bahasa komando untuk berjihad di medan perang. Ketika pasukan telah berhadapan dengan musuh, panglima pun berseru lantang, “Allahu Akbar… Allahu Akbar.” Takbir merupakan bacaan agung, yang mampu menyulut semangat dalam jiwa. Kita belajar dari seorang Bung Tomo. Ketika disebut nama beliau, ingatan kita pun tertuju kepada sosok patriotik dan nasionalis, pengobar semangat juang arek-arek Suroboyo.
BACA JUGA: Mereka Meneriakkan Takbir, Berarti Mereka Teroris
Dalam salah satu penggal pidatonya, Bung Tomo mengatakan, “… Andaikata tidak ada kalimat takbir, saya tidak tahu dengan apa saya harus membakar semangat putra-putra terbaik bangsa untuk bangkit berjuang melawan penjajah.”
Itulah kedahsyatan kalimat takbir!
Selayaknya kita tidak sekedar melantunkannya di lisan, tapi juga menghayati keagungan kalimat itu dalam hati, hingga tumbuh perasaan lemah dan kecil berhadapan dengan keagungan-Nya. Di situlah letaknya nikmat, yakni ketika diri merasa lemah di hadapan-Nya yang perkasa dan terhindar dari kesombongan yang bisa mengundang murka-Nya. []
Referensi: Orang Tua Hebat Melahirkan Anak Hebat/Karya: Fadlan al-Ikhwani/Penerbit: Al-Qudwah Publishing