SALAH satu peristiwa yang mengajarkan tentang apa itu takdir Allah adalah ketika Umar bin Khattab dan pasukan kaum muslimin hendak memasuki negeri Syam. Mereka mendengar adanya wabah penyakit menular (Tha’un) tepatnya di daerah Sirg.
Mendengar hal ini, Umar segera mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar untuk meminta pendapat mereka; apakah kafilah akan terus memasuki negeri Syam atau justru pulang kembali ke Madinah.
Sebagian berkata, “Kita keluar mencari keridhaan Allah, jangan sampai hal ini menghalangi kita.” Sebagian lainnya berkata, “Itu adalah wabah penyakit, kami berpendapat kita jangan mendatanginya.”
BACA JUGA: Umar Tidak Sependapat dengan Khalifah Abu Bakar
Apapun yang Kita Pilih Merupakan Takdir Allah
Lalu Umar mengumpulkan para sahabat, kemudian mereka menganjurkan Umar untuk pulang. Lantas Umar menyeru kepada orang-orang, “Besok pagi aku akan menaiki untakku (pulang).”
Abu Ubaidah berkata pada Umar, “Apakah engkau lari dari takdir Allah?”
Umar kemudian menjawab, “Benar, aku lari dari takdir Allah menuju takdir Allah lainnya. Apa pendapatmu jika engkau memiliki seekor unta, lalu engkau menyusuri sebuah lembah. Lembah itu memiliki dua sisi, salah satunya subur dan yang lainnya gersang.
Jika engkau menggembalakan untamu pada sisi lembah yang subur, bukankah itu karena takdir Allah? Dan jika engkau menggembalakannya pada sisi yang gersang, bukankah itu juga karena takdir Allah?”
BACA JUGA: Tidak Taat Pada Khalifah, Raja Ghassan Ini Pilih Murtad
Mendengar itu, Abdurrahman bin ‘Auf menghampiri mereka dan berkata, “Aku memiliki pengetahuan tentang ini, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar ada wabah (penyakit) dalam suatu negeri, maka janganlah kalian mendatanginya.
Namun, jika wabah itu menyebar ketika kalian berada di negeri tersebut, maka janganlah kalian lari keluar darinya.” (HR. Muslim no. 2219).
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Umar bin al-Khattab. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.