IMAN kepada takdir Allah SWT, merupakan salah satu dari enam rukun iman. Seorang muslim wajib iman kepada takdir, baik takdir yang baik maupun yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dalam Islam dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir dalam Islam.
Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan.
Jika disebutkan qodho’ saja maka mencakup makna qodar, demikian pula sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qodho’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu.
Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah SWT sejak zaman azali. Dengan demikian qodar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qodho’.
Perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir dalam islam harus mencakup empat prinsip yang harus diimani oleh setiap muslim.
1. Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengetahui dengan ilmunya yang azali dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah SWT maupun perbuatan makhluknya. Semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah Ta’ala. Itulah prinsip takdir dalam Islam pertama.
BACA JUGA: Alasan Pria Ditakdirkan Menjadi Pemimpin
2. Prinsip takdir dalam Islam kedua adalah mengimanai bahwa Allah Ta’ala telah menulis dalam lauhul mahfudz catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat.
Dalil kedua prinsip di atas terdapat dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al Hajj: 70).
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS. Al An’am: 59).
Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah ﷺ, “… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR Muslim)
3. Prinsip takdir dalam Islam ketiga adalah mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi.
Semuanya terjadi atas kehendak Allah Ta’ala, baik itu perbuatan Allah SWT sendiri maupun perbuatan makhluknya.
4. Prinsip takdir dalam Islam keempat adalah mengimani dengan penciptaan Allah. Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi. Ciptaan Allah mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya. Perkataan dan perbuatan makhluk pun termasuk ciptaan Allah SWT.
Dalil kedua prinsip di atas adalah firman Allah Ta’ala, “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 62-63)
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. As Shafat: 96).
Beriman dengan benar terhadap takdir bukan berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu.
Dalil dari syariat, Allah Ta’ala telah berfirman tentang kehendak makhluk,
“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” (QS. An Nabaa’: 39)
“Isteri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (Al Baqoroh: 223)
Adapun tentang kemampuan makhluk Allah menjelaskan,
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghobun: 16)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al Baqoroh: 286)
Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa setiap manusia mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan. Dengan kehendak dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan sesuatu.
Ia juga bisa membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan kehendaknya (seperti berjalan), dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendaknya, (seperti gemetar atau bernapas). Namun, kehendak maupun kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan Allah Ta’la karena Allah berfirman,
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwiir: 28-29).
Dan karena semuanya adalah milik Allah SWT maka tidak ada satu pun dari milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki oleh-Nya.
BACA JUGA: Rasa Takut Tak akan Bisa Hapuskan Takdir
Takdir dalam Islam dibagi menjadi dua macam. Pertama takdir mubram, dan kedua takdir muallaq. Dua jenis takdir ini mempunyai pengertian dan perbedaannya masing-masing.
Kiyai Abdul Wahab Ahmad menjelaskan terkait takdir mubram dan takdir muallaq ini di laman NU Online dengan judul artikel “Mengurai Takdir dari Tiga Perspektif: Allah, Malaikat, dan Manusia.”
Macam-macam takdir dalam Islam:
1. Pengertian dari takdir mubram adalah takdir dalam islam yang sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah lagi meskipun dengan menggunakan segala cara. Pasalnya, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak yang berasal dari Allah SWT.
Artinya, manusia tidak bisa menolak atau mengganti terhadap terciptanya takdir mubram ini. Beberapa contoh yang termasuk dalam golongan takdir dalam Islam ini di antaranya adalah proses kelahiran manusia dari orang tuanya.
Seorang anak tidak dapat menentukan tentang bapak atau ibunya karena hal tersebut sudah merupakan ketetapan dari Allah. Selain itu, waktu kelahiran juga tidak bisa dipilih karena merupakan kehendak dari Yang Maha Kuasa.
Demikian pula mengenai kematian manusia. Umat manusia tidak bisa mengetahui tentang waktu saat mengalami proses kematian karena hal tersebut merupakan ketetapan Allah SWT.
2. Takdir Muallaq adalah takdir atau ketetapan dari Allah SWT yang dapat diubah oleh umat manusia dengan wujud adanya ikhtiar atau semacam usaha. Allah SWT memberikan jalan kepada manusia dalam mengganti atau mengubah suatu takdir.
BACA JUGA: Lakukan Maksiat; Pilihan Atau Takdir?
Salah satu hal yang dapat dipakai sebagai contoh takdir dalam Islam ini adalah seperti masalah kemiskinan. Ketika seorang manusia ditakdirkan menjadi miskin, maka ia masih bisa merubah takdir yang sedang dialami tersebut.
Yakni dengan jalan bekerja keras agar tidak menjadi miskin seperti sebelumnya. Contoh lainnya adalah sakit. Sakit datangnya dari Allah SWT. Sebagai Maha Pencipta, Allah pasti yang menciptakan adanya penyakit tersebut.
Tatkala manusia ditakdirkan kedapatan sakit atau mengalami sebuah musibah dengan adanya penyakit tersebut, maka masih ada kesempatan untuk menghindar dari rasa sakit alias sembuh, caranya yaitu dengan ikhtiar seperti berobat.
Kasus lain yang masuk dalam jenis takdir dalam Islam bernama muallaq yakni kesuksesan seorang pebisnis. Ketika ia tekun dalam belajar dan berusaha, maka target yang diinginkan bisa saja terwujud di kemudian hari.
Itulah pembahasan tentang takdir dalam Islam terkait empat prinsip muslim mengenai takdir, dalam dua macam takdir dalam Islam.
https://www.youtube.com/watch?v=KRCV6c_7swg