BERIKUT adalah beberapa pemahaman takdir menurut Imam Mazhab.
1. Takdir Menurut Imam Mazhab: IMAM HANAFI
Seseorang mendatangi Imam Abu Hanifah dan berdebat dengannya tentang masalah qadar.
Imam Abu Hanifah berkata: “Takdir Allah ada di Lauh Mahfuzh.”
Dia berkata: “Allah telah mengetahui segala sesuatu sejak dahulu kala, sebelum segala sesuatu menjadi ada.”
Dia juga berkata: “Kami menetapkan, bahwa Allah telah memerintahkan al-Qalam dan dia berkata, ‘Apa yang harus aku tulis, ya Tuhanku?’. Allah menjawab: ‘Tuliskanlah apa yang terjadi dan akan terjadi sampai hari kiamat.’ Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala
“Semua yang mereka lakukan tertulis di dalam Alkitab. Dan segala sesuatu yang kecil dan besar tertulis.” (QS. Al-Qamar: 52-53)
Dia juga berkata: “Di dunia ini dan di akhirat tidak ada sesuatu dan sesuatu yang terjadi kecuali berdasarkan kehendak Allah.”
Dia juga berkata: “Kami menetapkan, bahwa hamba itu dengan perbuatannya. Tekad dan pengetahuannya adalah makhluk. Jika yang berbuat hanya makhluk, maka perbuatannya lebih tepat disebut makhluk.”
Dia berkata: “Semua perbuatan para hamba, baik bergerak atau diam, adalah upaya mereka, dan Allah menciptakan mereka. Semua tindakan tersebut didasarkan pada kehendak, pengetahuan, tekad, dan takdir Allah. Semua ketaatan itu wajib berdasarkan perintah Allah, dan itu disukai, disenangi, diketahui, dikehendaki, ditentukan, dan ditentukan oleh Allah. Sedangkan maksiat itu semua diketahui, ditentukan, ditakdirkan dan dikehendaki oleh Allah, tetapi Allah tidak menyukai dan tidak menyetujuinya, bahkan Allah pun tidak memerintahkannya.”
BACA JUGA: 2 Macam Takdir dalam Islam
“Allah mengeluarkan keturunan Adam dari tulang punggungnya berupa sel-sel, kemudian mereka diberi akal, kemudian Allah memerintahkan mereka untuk beriman dan melarang mereka untuk kekafiran. Kemudian mereka mengakui keilahian (rububiyyah) Allah. Jadi itulah iman mereka. Kemudian mereka dilahirkan berdasarkan sifat itu. Oleh karena itu, sebenarnya ia telah mengubah dan menggantikan sifat itu. Adapun orang yang beriman dengan penuh keyakinan di dalam hatinya, maka dia tetap di alam itu.”
Dia juga berkata: “Allah-lah yang menentukan segalanya. Tidak ada sesuatu pun di dunia dan akhirat kecuali dengan kehendak, ilmu, dan qadha dan qadar Allah. Dan itu sudah tertulis di Lauh Mahfuzh.”
2. Takdir Menurut Imam Mazhab: IMAM MALIKI
Imam Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibn Wahb, dia berkata: “Saya mendengar Imam Malik berkata kepada seseorang, ‘Kemarin Anda bertanya kepada saya tentang qadar, bukan?’. ‘Ya,’ jawab pria itu. Imam Malik berkata, “Sesungguhnya Allah berfirman:
“Jika mau, kami akan memberikan bimbingan kepada semua orang. Tetapi keputusan-Ku tetap, bahwa Aku akan mengisi Neraka dengan semua jin dan manusia.” (QS. As-Sajdah: 13)
Jadi tidak bisa dihindari, takdir Tuhan yang terjadi.”
3. Takdir Menurut Imam Mazhab: IMAM SYAFI’I
Imam al-Baihaqi berkata dalam kitab “Manaqib asy-Sayfi’I”, bahwa Imam Syafi’i berkata: “Kehendak manusia terserah kepada Allah. Manusia tidak menginginkan apapun kecuali yang dikehendaki Allah Ta’ala. Manusia mampu mewujudkan perbuatannya. Perbuatan itu adalah salah satu makhluk Tuhan. Nasib baik dan buruk, semua dari Tuhan. Siksa kubur adalah hak (benar), soal kubur juga hak, bangkit dari kubur juga hak, hisab (perhitungan perbuatan) juga hak, surga dan neraka juga hak, demikian dalam sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam”
4.) Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari asy Syafi’i, ia berkata: “Kelompok Qodariyah oleh Rasulullah saw. Yang dimaksud dengan kelompok Majusi dari kaum Muslimin adalah mereka yang berpendapat bahwa Allah tidak mengetahui kemaksiatan sampai seseorang melakukannya.”
4. Takdir Menurut Imam Mazhab: IMAM HAMBALI
Imam Ibn al-Jauzi menuturkan dalam kitab “al-Manaqib” tentang kitab Imam Ahmad bin Hanbal karya Musaddad. Dalam kitab itu terdapat keterangan bahwa Imam Ahmad berkata: “Kita mengimani takdir yang baik, yang buruk, yang manis, yang pahit, semuanya dari Allah.”
BACA JUGA: 6 Poin Penting tentang Takdir
Dalam kitab “as-Sunnah” karya Imam Ahmad beliau mengatakan: “Takdir itu, yang baik dan yang buruk, yang sedikit dan yang banyak, yang lahir dan yang batin, yang manis dan yang pahit, yang disuka dan yang dibenci, yang elok dan yang jelek, yang awal dan yang akhir, semuanya sudah ditetapkan oleh Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Dan tidak ada seorang pun dari hamba Allah yang dapat keluar dari kehendak dan ketetapan Allah. ”
Imam al-Khallal juga meriwayatkan dari Muhammad bin Abu Harun, dari al-Harits, katanya, saya mendengar Imam Ahmad berkata: “Allah Ta’ala telah mentakdirkan ketaatan dan maksiat, kebaikan dan keburukan. Orang yang telah ditetapkan sebagai orang yang berbahagia, maka ia berbahagia, dan orang yang telah ditetapkan sebagai orang yang celaka, ia akan celaka.”
Wallahu A’lam. []
Sumber: Kitab I’tiqadul A’immatil Arba’ah karya Syaikh Abdurrahman al-Khumais