SETIAP kali masa perang berakhir dan Kaum Muslimin yang memiliki kemenangan itu, penjara dipenuhi oleh para tawanan. Namun mereka menunjukan sesuatu yang cukup menakjubkan dalam menahan para tawanannya. Meski banyak para sahabat yang gugur di Medan perang, tapi itu tak membuat Nabi menyimpan dendam pada musuhnya.
Tidak ada kekejaman yang ditimpakan kepada para tawanan. Dari tujuh puluh tawanan, hanya dua orang yang dibunuh dan dihukum, yaitu Al-Nadr ibn al-Haris dan Uqbah ibn Abi Mu’ayt. Mereka yang terkenal akan kebenciannya terhadap Kaum Muslimin, dan sisa tawanan lainnya diperlakukan dengan sangat baik dan penuh perhatian.
BACA JUGA: Tentara Allah di Perang Hunain
Hingga salah seorang tawanan berkata, “Semoga berkah bagi orang-orang Madinah.”
Di hari berikutnya para tawanan di beri makan roti gandum untuk dimakan ketika hanya ada sedikit makanan, sedangkan para sahabat hanya memakan kurma. Maka tak heran jika sebagian tawanan memeluk Islam dan dibebaskan tanpa syarat.
Sementara pikiran baik terus merasuki mereka yang belum masuk Islam. Uang tebusan untuk setiap tawanan bervariasi sesuai dengan tingkat keuangannya. Namun bagi orang miskin yang tidak mampu mereka dibebaskan tanpa harus memberi bayaran. Orang-orang yang bisa membaca dan menulis diberi tugas terhadap anak-anak kecil.
BACA JUGA: Gumpalan Hitam di Perang Hunain
Setiap orang dari mereka harus mengajarkan pada sepuluh anak di sekitar wilayahnya dan jika anak-anak tersebut sudah pandai membaca dan menulis, pengajarnya dibebaskan dari hukuman.[]
Sumber: Sirah Nabi Muhammad Saw /Penerbit: Marja /Penulis: Prof. Abdul Hamid Siddiqi,2005