IBADAH Haji merupakan ibadah yang termasuk ke dalam rukun Islam. Maka, mengerjakannya adalah hal yang wajib. Namun, Allah memberikan kekhususan bagi ibadah ini. Yakni, hanya untuk orang-orang yang mampu saja.
Mampu di sini bukan hanya harta, melainkan fisik dan keinginan serta keyakinan yang kuat. Sebab, jika kita mengacu pada banyaknya harta baru berhaji, masih ada sebagian orang yang tidak berangkat haji akibat sebab-sebab lainnya. Jadi, hanya orang-orang terpilihlah yang dapat merasakan perjumpaan dengan Allah SWT melalui ibadah Haji.
Bagi orang yang telah melaksanakan Haji, mungkin akan merasakan suasana hati yang berbeda di setiap tempatnya. Di antaranya di kota Mekkah dan Madinah. Jika di Mekkah biasanya seseorang akan timbul perasaan takut. Akan tetapi, jika di Madinah perasaannya menjadi tenang, senang dan gembira. Mengapa demikian?
Allah SWT memiliki sifat-sifat keindahan. Dialah Allah Maha Pencipta Keindahan, Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Mengasihi, Mahalembut dan Mahamulia.
Allah SWT juga memiliki sifat-sifat Keagungan, Dialah Allah Mahaperkasa, Mahaangkuh, Mahakuat, Mahakokoh dan Maha Menentukan.
Apabila kita melihat ciptaan Allah yang bersifat keindahan, hati terasa senang dan tenteram.
Apabila yang terlihat ciptaan Allah yang bersifat keagungan, timbul perasaan gemetar dan takut.
Seseorang menilai kekurangan, kelemahan serta dosa-dosa yang ada pada dirinya, akan timbul rasa takutnya. Tetapi bila Allah menganugerahkan kenikmatan kepadanya, akan merasa senang dan tenang.
Itulah yang dapat kita lihat di kota Madinah. Kita bisa saksikan ciptaan Allah yang indah, hubungan manusia dengan makhluk, yaitu kuburan Rasulullah SAW yang merupakan rahmat bagi seluruh alam semesta.
Sedang di Mekkah adalah hubungan manusia dengan sesuatu yang ghaib. Allah ghaib, Baitullah dengan bentuk dan Hajar Aswad-nya merupakan sesuatu yang ghaib hikmahnya. Karenanya akan timbul perasaan takut dan ngeri.
Kedua perasaan itu memang baik, perlu dan diharapkan bagi setiap Muslim yang datang berkunjung ke Mekkah dan Madinah. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani