SUFYAN bin Husain Al-Wasithi berkisah: “Aku pernah menyebut seseorang dengan kejelekan di sisi Qadhi Bashrah, yaitu Iyas bin Mu’awiyah Al-Muzani. Lalu beliau melihat wajahku dan berkata: ”Kamu pernah memerangi Ramawi?” Aku jawab: “Tidak.” Beliau bertanya kembali: “Kamu pernah memerangi Sindu, India, dan Turki?” Aku jawab: “Tidak.” Beliau berkata: “Negeri Ramawi, Sindu, India, dan Turki selamat darimu, tapi saudaramu sesama muslim tidak selamat dari kejelekanmu?”
Sufyan berkata: “Setelah itu aku tidak pernah mengulangi lagi, maksudnya menyebut kejelekan seseorang atau menghibahnya.”
BACA JUGA: Dosa Terampuni dengan Shalat
Kisah di atas dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam “Al-Bidayah wa An-Nihayah” (9/336) pada biografi Iyas bin Mu’awiyah Al-Muzani.
Dalam kitab “Tartibul Madarik” (3/240) karya Al-Qadhi ‘Iyadh disebutkan, bahwa imam Abdullah bin Wahb Al-Qurasy Al-Mishri berkata : “Setiap aku menghibahi seseorang, maka aku mengharuskan diriku untuk puasa sehari (sebagai penebus dosa). Maka ini masih mudah bagiku (karena beliau ahli ibadah). Lalu (aku ganti), setiap aku menghibahi seseorang, aku sedekah satu dirham. Maka hal ini memberatkanku, akhirnya aku bisa meninggalkan ghibah.”
Perlu diketahui, bahwa Abdullah bin Wahb adalah seorang ahli hadits, ahli fiqh, dan ahli ibadah yang sangat zuhud. Beliau sahabat Imam Malik bin Anas, imam Al-Laits, imam Sufyan Ats-Tsauri dan lainnya.
BACA JUGA: Golongan Orang yang Menangis Menyesali Dosa
Demikianlah rasa takut para ulama pendahulu kita dari dosa mencela dan menghibahi sesama muslim. Saking takutnya, begitu mereka melakukannya, langsung mereka iringi dengan melakukan amalan shalih sebagai penebusnya. Hal ini berbanding terbalik dengan kita yang hidup di zaman ini. Begitu mudah menghibah, menuduh, mencela, menfitnah, dan menjatuhkan kehormatan saudara sesama muslim. Bahkan ada yang merasa bangga dengan hal ini, na’udzubillah.
Semoga Allah menyelamatkan kita sekalian dari segala tipu daya syetan baik yang dzahir ataupun yang batin.
*Faidah dari Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Muhaddits Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah.
Facebook: Abdullah Al-Jirani